Tiga Cara Mudah Berhenti Merokok Menurut Dokter Spesialis Paru-paru
Rokok menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, satu di antaranya adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rokok menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, satu di antaranya adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Oleh karena itu, Dokter Spesialis Paru-paru, Dr. Nurrahmah Yusuf, Sp.P(K), FISR ungkap beberapa cara yang bisa bantu pasien berhenti merokok.
Hal ini disampaikan dalam Peringatan Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Sedunia tanggal 15 November 2023 oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI.
Cara yang pertama itu adalah berhenti seketika.
"Ini biasanya untuk klien-klien yang memiliki niat yang sangat kuat. Besok harus bisa berhenti merokok gitu. Jadi hari ini masih merokok. Besok sama sekali enggak merokok lagi," ungkapnya secara virtual, Rabu (15/11/2023).
Untuk cara pertama, yang perlu diperhatikan adalah efek akibat dari putus nikotin.
Baca juga: Banyak Orang Ogah Makan Telur karena Takut Kolesterol, Tapi Berani Merokok
Biasanya akan terjadi pusing, sulit tidur dan kemudian gelisah. Diikuti dengan selera makan yang meningkat dan sebagainya.
"Sebetulnya hanya nanti akan terjadi selama lebih kurang 2 minggu. Setelah 2 minggu menjelang putusnya, efek akan menurun sedikit demi sedikit. Pastinya akan kembali normal kembali," jelasnya.
Perlu memberikan edukasi kepada pasien untuk jangan gelisah.
Kedua adalah penundaan. Pasien yang merokok tidak langsung berhenti.
Ada pasien yang tidak bisa langsung berhenti sehingga dipakai dengan cara penundaan.
"Misalnya bangun tidur merokok jam 7 pagi. Nah bertekad mulai besok itu kita tunda jadi merokok pukul 09.00 pagi. Kemudian besoknya lagi pukul 11.00 besoknya lagi pukul 13.00," jelas dr. Nurrahmah Yusuf.
Beberapa pasien, kata dr Nurrahman berhasil dengan cara ini.
Ketiga, dengan cara pengurangan. Jadi jumlah rokok yang dihisap itu dikurangi secara berangsur-angsur sampai mencapai nol pada hari yang sudah ditetapkan.
Lebih lanjut dr Nurrahman menekankan pentingnya niat berhenti merokok.
Menurut dia, niat yang kuat adalah modal yang paling besar untuk bisa berhenti merokok.
"Jadi kalau misalnya dia enggak punya niat hanya disuruh oleh istri, atau ibunya maka kemungkinan besar akan gagal," kata dr Nurrahman.
Ia menambahkan bisa juga waktu merokok diganti dengan kegiatan lain seperti berolahraga sebagai pengalihan.