Saat Menkes Bicara Pembalut Luka jadi Alat Kesehatan Terlaris di Indonesia, Penjualan Capai Rp 300 M
Menkes mendukung alat kesehatan dalam negeri selain untuk memenuhi kebutuhan nasional, tetapi juga bisa diekspor ke mancanegara.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan lima alat kesehatan paling banyak digunakan di Indonesia berdasarkan data e-Katalog di 900 rumah sakit pemerintah.
Lima terbanyak di antaranya yaitu alat suntik, infus set, sarung tangan, Chateter, dan kasa atau pembalut luka atau wound dressing.
Seperti pembalut luka ujar dia, memiliki volume penjualan wound dressing di Indonesia bisa mencapai Rp300 miliar per tahun.
Alat kesehatan ini merupakan barang habis pakai yang terus digunakan di fasilitas kesehatan.
"Saya yakin yang namanya wound dressing (pembalut luka) itu dipakai di seluruh dunia, kita bukakan ke UNICEF," ungkap Menkes saat menghadiri peresmian fasilitas industri kesehatan PT Deca Metric Medica di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (21/12/2023).
Menkes mendukung alat kesehatan dalam negeri selain untuk memenuhi kebutuhan nasional, tetapi juga bisa diekspor ke mancanegara. Pemerintah akan memfasilitasi produksi dalam negeri untuk terserap di pasar global.
"Agar lebih banyak produksi dalam negeri berkualitas yang operasionalnya bagus, sehingga kalau ada pandemi lagi kita siap. Kita bantu supaya masuk ke level internasional supaya mereka bisa punya selling power, economic scale yang lengkap," tutur Budi.
Dengan dibangunnya fasilitas industri ini, Indonesia mampu menyediakan produk alat kesehatan pembalut luka.
Turut hadir Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Rizka Andalucia, Pimpinan Dexa Group Ferry A. Soetikno, dan Direktur Utama PT Medela Potentia Krestijanto Pandji.
Baca juga: Kerja Sampai Duduk Berjam-Jam Rawan Alami Saraf Kejepit, Ini Trik Mencegahnya
Menteri Kesehatan mengapresiasi peresmian fasilitas produksi alat kesehatan yang berdiri di atas lahan 6.000 meter persegi dan bangunan seluas 4.800 meter persegi ini.
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menurunkan produk impor alat kesehatan Indonesia.
Menurut laporan kinerja semester I 2023 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, transaksi alat kesehatan Nasional melalui e-katalog pada 2019 - 2020 masih didominasi produk impor yang mencapai 88 persen.
Menurut data Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI) pasar alat kesehatan
Indonesia tahun 2020 sebesar Rp 49,7 triliun setara dengan 0,7 persen pasar alat kesehatan
global.
Namun, neraca perdagangan alat kesehatan dalam negeri masih mengalami defisit Rp
23,8 triliun dengan nilai ekspor Rp 16,3 triliun dan impor sebesar Rp 40,1 triliun.
“Kami berkomitmen untuk mendukung transformasi sistem ketahanan kesehatan
dengan memberikan kontribusi maksimal dalam penyediaan alat kesehatan berkualitas untuk masyarakat,” kata Ferry Soetikno .
Pihaknya kini telah memproduksi beragam alat kesehatan yang berfungsi sebagai fiksasi tambahan setelah penutup luka primer, fiksasi luka lebar di area persendian, dan fiksasi tubing.