Hari Ibu, Ini Alasan Pentingnya Perencanaan Keluarga Bagi Pasangan Muda
Jika jarak usia kehamilan, jumlah anak dan waktu kehamilan tidak direncanakan sebelumnya, maka dapat timbul berbagai konsekuensi yang merugikan
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merayakan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, tema perencanaan keluarga menjadi sangat relevan terutama bagi ibu-ibu yang baru melahirkan.
Pembahasan mengenai perencanaan keluarga idealnya dilakukan setiap pasangan sejak awal pernikahan dengan terbuka, saling menghormati dan tanpa paksaan.
Jika jarak usia kehamilan, jumlah anak dan waktu kehamilan tidak direncanakan sebelumnya, maka dapat timbul berbagai konsekuensi yang merugikan baik bagi orang tua maupun anak yang dilahirkan.
Antara lain, tidak siapnya orang tua secara fisik, finansial, mental maupun kurangnya wawasan yang tepat, terkait pola asuh dan tumbuh kembang anak yang ideal.
Menurut penelitian dari Universitas Harvard, perempuan yang melahirkan dengan jarak waktu berdekatan dapat merugikan dirinya sendiri dan anaknya.
Dokter Dewi Muliatin Santoso, Head of Medical Department of Bayer Pharmaceutical mengatakan, Ibu yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, memiliki resiko konsekuensi negatif seperti komplikasi saat kehamilan maupun melahirkan, perawatan kehamilan yang tertunda, kehamilan prematur, bahkan gangguan pada mental.
Karena itu, kondisi seorang Ibu menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar Ia bisa memberikan pengasuhan yang terbaik bagi anaknya.
Baca juga: Waspada, Ibu Hamil dengan Diabetes Berisiko Keguguran
Berbagai penelitian yang dilakukan lembaga riset gizi dan kesehatan di dunia juga menyebut kurang gizi, penyakit kronis, perkembangan otak dan beberapa indikator kualitas hidup lainnya, ditentukan oleh kualitas "1000 Hari Pertama Kehidupan Anak".
Pola pengasuhan dan gizi anak dalam periode ini memiliki dampak besar pada perkembangan mereka, yang jika tidak diperhatikan, dapat membawa efek negatif bagi anak yang tidak dapat dikoreksi di kemudian hari.
Permasalahan lain dari kurangnya perencanaan keluarga adalah keterbatasan pemahaman di masyarakat akan perubahan yang dialami oleh Ibu saat masa kehamilan dan paska-melahirkan, yang turut berkontrIbusi dalam menentukan kualitas periode emas anak.
Dalam masa ini, tubuh seorang Ibu mengalami serangkaian perubahan baik fisik dan emosional yang signifikan, yang melibatkan area genital, sistem reproduksi, hormonal serta perubahan fisik lainnya.
Selain itu, yang turut menjadi sorotan dalam periode ini adalah isu kesehatan mental Ibu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 10 persen wanita hamil dan 13 persen wanita yang baru saja melahirkan di dunia, mengalami gangguan mental dalam periode ini, terutama depresi.
Persentase ini bahkan lebih tinggi di negara berkembang, yang mencapai 15,6 persen selama kehamilan dan 19,8 persen setelah persalinan.
Karena itu, Ibu yang berada dalam masa ini, harus mendapat perawatan dan dukungan yang memadai agar bisa fokus dan sepenuh hati memberikan yang terbaik bagi pertumbuhan anak.
"Selain memastikan anak-anak mendapatkan perhatian penuh, perawatan, dan dukungan semasa awal-awal perkembangan, perencanaan keluarga juga sangat penting bagi kesehatan secara menyeluruh," ungkap dr. Dewi Muliatin Santoso, dikutip Senin, 25 Desember 2023.
Dokter Dewi Muliatin menambahkan, dengan mengatur jarak kehamilan, para ibu dapat mempersiapkan kesehatan si ibu, anak, dan keluarga semaksimal mungkin sehingga menciptakan suasana yang mendukung perkembangan optimal anak.
"Ini adalah pendekatan proaktif yang berkontribusi pada pembentukan keluarga yang sehat dan bahagia," jelas dr. Dewi Muliatin Santoso.
Perencanaan Keluarga
Pemahaman mengenai pentingnya mendukung ibu yang baru melahirkan masih minim di masyarakat, sehingga banyak Ibu yang tak mencari pertolongan ketika menghadapi masalah dan menyebabkan konsekuensi fatal.
Di Indonesia pada tahun 2015, sebanyak 305 Ibu meninggal dalam masa nifas (40-42 hari setelah melahirkan) tiap 100.000 kelahiran.
Angka ini bisa ditekan jika Ibu mendapat dukungan yang tepat selama periode tersebut. Salah satunya adalah dengan perencanaan jarak kehamilan menggunakan kontrasepsi yang tepat.
Baca juga: 5 Tips Memilih Susu Formula yang Tepat untuk Bayi: Perhatikan Kebutuhan Gizi Anak
Dia mengatakan, kontrasepsi memungkinkan pasangan mengatur kehamilan sesuai keinginan dan kemampuan mereka.
Diantara berbagai pilihan kontrasepsi, Ibu dapat memilih kontrasepsi yang tepat dengan berkonsultasi terlebih dulu pada dokter agar tidak menggangu masa menyusui yang penting bagi tumbuh kembang optimal anak.
Dia menjelaskan, kontrasepsi hormonal seperti pil KB kombinasi (COC) dari Bayer merupakan salah satu kontrasepsi post-partum dan 99 persen efektif jika diminum sesuai aturan.
Meski tidak berdampak negatif pada kesehatan Ibu, pil KB kombinasi dengan kandungan hormon estrogen dan progestin dapat menghambat produksi air susu Ibu (ASI). Setelah tidak menyusui, penggunaan pil KB kombinasi dapat mulai dikonsumsi lagi.
Berbagai manfaat tambahannya antara lain, menjaga berat badan tetap stabil, mencegah timbulnya jerawat, dan menjaga kondisi rambut dan klit.