Menkes Ingatkan Perlunya Perbaikan Gizi Anak Demi Ciptakan Generasi Maju Indonesia
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut perlu generasi penerus bangsa yang sehat dan pintar sehingga gizi setiap anak Indonesia harus tercukupi
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia akan mencapai usia emas pada 2045 dan saat itu Indonesia genap berusia satu abad alias 100 tahun dan ditargetkan telah menjadi negara sejahtera serta maju, setara dengan negara maju lainnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut perlu generasi penerus bangsa yang sehat dan pintar sehingga gizi setiap anak Indonesia harus dipastikan tercukupi.
Baca juga: Saat Ganjar Sepakat dengan Program Prabowo untuk Beri Gizi Ibu Hamil
"Agar asupan gizi dan nutrisinya tercukupi, anak yang mempunyai masalah gizi harus diberikan makanan pendamping ASI kaya protein hewani," kata Menkes saat memberikan sambutan dalam rangka hari Gizi Nasional di Jakarta belum lama ini.
Sebab, kata Menkes protein hewani mengandung mikronutrien yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan otak balita.
“Makanannya boleh apa aja, yang penting ada protein hewani bisa telur, ikan, daging, supaya gizinya tidak kurang, supaya anaknya pintar, anaknya sehat,” tuturnya.
Di sisi lain, perbaikan gizi pada anak untuk menciptakan generasi maju Indonesia di masa depan perlu terus mendapatkan dukungan berbagai pihak agar pemenuhan nutrisi perlu dilakukan agar ibu terutama anak bisa tumbuh maksimal.
VP General Secretary Sarihusada, Vera Galuh Sugijanto mengatakan, masalah anemia dan stunting masih menjadi momok yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini pada akhirnya akan menghambat generasi maju Indonesia.
"Kalau kita berbicara mengenai kualitas anak-anak Indonesia ke depan, maka masalah anemia dan stunting ini akan mempengaruhi kemampuan kognitif mereka di jangka depan," kata Vera Galuh.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Gizi Nasional ke-64 Tahun 2024, Ini Sejarah Singkat HGN
Dia menyinggung data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menyebutkan bahwa 1 dari 3 anak masih anemia dan kekurangan zat besi. Sementara Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) juga menunjukkan bahwa angka stunting Indonesia masih di atas 21 persen yang nyatanya di atas batas WHO.
Vera melanjutkan, kondisi ini membuat pihaknya berinovasi dengan menyediakan asupan pemenuhan nutrisi bagi ibu dan anak.
"Karena kami ingin mengedepankan bahwa produk itu harus sejalan dengan pola asuh terkait dengan pola makan, pola asuh, edukasi dan juga akses air bersih dan sanitasi," katanya.
Dikatakannya, riset dan inovasi yang dilakukan itu merupakan komitmen Sarihusada mendukung perbaikan gizi buat anak-anak masa depan.
Meski demikian, dukungan perbaikan gizi tetap membutuhkan kontribusi pemerintah, akademisi, universitas, komunitas dan orangtua untuk bisa mengedepankan edukasi pentingnya asupan gizi yang seimbang.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia