Mereka yang Alami Inner Child, Berisiko Alami Masalah Finansial Hingga Perilaku Konsumtif
Sisi anak-anak ini biasanya muncul karena pengalaman masa kecil sehingga akhirnya membekas dalam diri seseorang.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mereka yang alami inner child, berisiko alami masalah finansial.
Hal ini diungkapkan oleh psikolog Samanta Elsener.
"Dampak inner child yang paling besar itu adalah masalah finansial (keuangan)," ungkapnya dalam talkshow virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Rabu (13/2/2024).
Inner child sendiri, tambah Samanta adalah sosok anak kecil yang ada di dalam diri kita.
"Jadi kalau merasa sudah dewasa kok kayak childish, jangan-jangan masih ada sisi anak-anak dalam diri kita," tambahnya.
Sisi anak-anak ini biasanya muncul karena pengalaman masa kecil sehingga akhirnya membekas dalam diri seseorang.
Salah satu yang kerap terjadi adalah di masa kecil, ada sesuatu yang tidak diinginkan namun tidak terpenuhi karena masalah ekonomi.
Sehingga saat dewasa, seseorang yang sudah memiliki penghasilan sendiri akan memenuhi keinginan yang belum terpenuhi di masa kecil.
Pemenuhan keinginan yang belum terpenuhi biasanya disebut dengan istilah re-parenting.
Re-parenting, memenuhi kebutuhan dan keinginan masa kecil yang belum terpenuhi, dan jadi salah satu cara untuk menyembuhkan inner child.
Namun, terkadang berkedok re-parenting ini, mereka yang alami inner child kerap terjebak gaya hidup konsumtif.
"Seberapa besar pendapatan kamu, itu bisa habis kalau kamu selalu berdalil kan aku lagi re-parenting inner child. Karena dulu aku gak bisa beli ini dan itu. Yang ada terjebak dalam belanja konsumtif," tegasnya.
Padahal, penting untuk memikirkan rencana jangka panjang dan bagaimana persiapannya.
"Aku gak bilang itu gak boleh, tapi coba pikirkan mau berapa lama menikmati gaji itu secara egois. Apakah durasi 1 tahun, puas-puasin. Habis itu planning, rencanakan keuangan lebih baik," pesannya.