Penjelasan Dokter Subspesialis Fetomaternal Tentang Risiko Hamil di Usia 35 Tahun ke Atas
Seiring pertambahan usia, kualitas dan kuantitas sel telur menurun. Kondisi tersebut membuat ibu hamil di usia 35 tahun ke atas berisiko.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan sebagian perempuan mulai menunda usia pernikahan hingga kehamilan.
Beberapa alasan penundaan tersebut di antaranya untuk mengejar karir, mencukupi kebutuhan keluarga, membiayai pendidikan saudara dan sebagainya.
Maka tidak jarang ditemukan perempuan yang baru melangkah ke pelaminan di usia 30 ke atas.
Nyatanya, kehamilan di usia 35 tahun ke atas bisa berisiko.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal dari RS Pondok Indah dr Novan Satya Pamungkas, Sp. O. G, Subsp. KFM.
"Kehamilan dengan usia di atas 35 tahun meningkat risiko ibu dan janinnya," ungkapnya pada media briefing yang diselenggarakan oleh RS Pondok Indah di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Baca juga: Risiko Ibu Hamil dengan Diabetes, Janin Terlalu Besar hingga Kematian Mendadak
Ia menjelaskan apa dampaknya. Pertama, kualitas dan kuantitas sel telur yang menurun.
Pada perempuan, sejak lahir telah ada sel telur.
"Awal lahir (perempuan), sel telur itu misalnya 1 juta. Selama dalam usia reproduksi, sel telur akan terbuang seiring siklus haid. Akan keluar, mati. Saat usia 35 tahun kualitas dan kuantitas akan menurun," tambahnya.
Apalagi ditambah dengan pajanan polusi, dan gaya hidup tidak baik, ini akan memperburuk sel telur.
"Karena produk sel telur sudah menurun, tidak baik, akan menghasilkan produksi konsepsi, hasilnya kurang baik," jelasnya.
Selain itu usia 35 tahun fungsi hormon, reproduksi berpotensi mengalami gangguan, sehingga butuh bantuan berupa teknologi bayi tabung dan lainnya.
Lebih lanjut, dr Novan pun ungkap kehamilan berisiko lainnya.
1. Anemia
Penyakit ini, kata dr Novan masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada ibu hamil.
2. Hipertensi
Ibu yang memiliki masalah tekanan darah tinggi juga berisiko menyebabkan preelakmsia.
Komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya bagi ibu dan janin, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
3. Penyakit menular seksual pada ibu hamil
Contohnya sifilis dan human immunodeficiency virus (HIV).
4. Kehamilan bayi kembar.
"Kehamilan kembar bukan keadaan normal. Sebenarnya rahim ibu, di desain hanya cukup satu bayi. Kebayang dua bayi atau lebih dia harus berbagi ruang sempit. Tentu berisiko terjadi komplikasi. Paling sering adalah persalinan prematur," tutupnya.