Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

5 Dari 100 Perempuan Produktif Indonesia Alami Endometriosis, Ketahui Apa Bahayanya

Endometriosis masih menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in 5 Dari 100 Perempuan Produktif Indonesia Alami Endometriosis, Ketahui Apa Bahayanya
Shutterstock
Endometriosis masih menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah,Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Endometriosis masih menjadi masalah yang besar khususnya bagi perempuan di Indonesia.

Setidaknya 5 dari 100 perempuan usia produktif di Indonesia mengalami Endometriosis. 

Baca juga: Bisakah Perempuan dengan Endometriosis Hamil? Begini Kata Dokter

Penyakit ini adalah kronis progresif yang menyebabkan nyeri dan seringkali menyakitkan.

Di mana terdapat jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim, tumbuh di luar rahim.

Menurut Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta staf pengajar FKUI-RSCM Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp. OG, Subsp. FER, MSc., salah satu penyebab endometriosis masih menjadi masalah adalah keterlambatan diagnosa. 

Baca juga: Apa Itu Endometriosis? Kenali Penyebab, Gejala dan Langkah Pencegahannya

Hal ini ia sampaikan pada media briefing yang diselenggarakan Bayer dengan tema 'Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis” yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (8/3/2024). 

Berita Rekomendasi

“Salah satu penyebabnya adalah keterlambatan diagnosa, dimana data menunjukkan adanya keterlambatan diagnosa 6-8 tahun," ungkapnya di Jakarta, Jumat (8/3/2024). 

Baca juga: Kenali Gejala Endometriosis, Penyakit Reproduksi yang Sebabkan Nyeri Hebat saat Haid

"Namun, banyak dari mereka yang baru mengetahui dirinya mengidap Endometriosis, sehingga datang saat kondisi sudah lumayan parah," tambahnya. 

Endometriosis, nyatanya bisa menyebabkan berbagai gangguan pada penderitanya. 

Pertama, menyebabkan tingginya angka morbiditas, ketidakhadiran, dan biaya sosial ekonomi.

Kedua, berpengaruh pada kualitas hidup, pendidikan, tingkat kepercayaan diri. 

Ketiga, penyakit ini juga memengaruhi kesuburan pada perempuan (fertilitas). 

Kelima, endometriosis juga sudah pasti menimbulkan beban serius bagi kesehatan fisik dan mental perempuan. 

Sehingga kerap menghambat produktivitas perempuan dan keharmonisan keluarga. 

*Penanganan Endometriosis dengan Terapi Hormon*

Dr Kanadi menjelaskan jika endometriosis dikatakan sebagai penyakit yang bergantung pada estrogen.

Sehingga pengobatan yang diberikan salah satu pilihannya adalah menggunakan obat yang menekan hormon. 

Saat ini, terapi progestin ditanyakan sebagai terapi lini pertama untuk endometriosis

Salah satu jenis progestin adalah Dienogest. Dienogest telah diketahui mampu mengurangi nyeri pelvis dan nyeri haid terkait endometriosis dengan dosis harian 2 miligram. 

Penekanan nyeri tentunya sangat mampu memperbaiki kualitas hidup penderitanya. 

“Pada Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) Konsensus Tata Laksana Endometriosis 2023, terapi dengan Dienogest merupakan pilihan atau rekomendasi kuat dalam terapi nyeri endometriosis," kata dr Kanadi. 

Hal ini karena profil keamanan dan efektivitasnya sebagai pengobatan lini pertama. 

"Namun pengobatan hormonal seperti ini efektif, jika ada kepatuhan dalam pengobatan jangka panjang sehingga hasilnya akan lebih baik,” tambahnya dr Kanadi. 

Lebih lanjut, Head of Medical Dept. Pharmaceuticals Bayer Indonesia Dr. Dewi Muliatin Santoso menjelaskan jika terapi hormonal Dienogest sangat efektif bagi penderita Endometriosis. 

“Dienogest dari Bayer merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menghadirkan obat inovatif untuk Endometriosis," imbuhnya. 

Berdasarkan konsensus HIFERI 2023, Dienogest merupakan obat inovatif yang efektif dan aman yang direkomendasikan dokter sebagai terapi endometriosis

Terapi hormonal jangka panjang terbukti efektif dalam mengelola gejala endometriosis, mencegah progresivitas penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup. 

Data menunjukkan adanya pengurangan nyeri sebesar 40 persen dalam 4 minggu pemakaian Dienogest. 

"Serta menunjukkan peningkatan nyata dalam ukuran kualitas hidup spesifik (SF-36) setelah 24 minggu pengobatan10,” tambahnya.

Real world Evidence jangka panjang menunjukkan Dienogest mampu mempertahankan VAS rendah (Visual Analog Scale/parameter untuk mengukur derajat nyeri pada endometriosis) selama 5 tahun. 

Kemudian, studi ENVISIOeN juga membuktikan bahwa pola pendarahan yang dialami pasien berkurang seiring berjalannya waktu. 

Ini yang membuat kami berupaya menyebarkan edukasi terkait kepatuhan berobat.

"Karena hasilnya akan berdampak positif jika pengobatan dilakukan dengan benar,” jelas Dr. Dewi.

Lebih lanjut, dr Dewi mengatakan jika selain pengobatan yang tepat, keberadaan support system dalam komunitas juga penting untuk membantu pasien dalam menjalankan pengobatan mereka.

Oleh sebab itu, kami mendukung patient empowerment dan menjalin kerja sama dengan komunitas endometriosis Indonesia. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas