Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Virus Covid-19 Sebetulnya Masih Ada, Dua Hal Ini Bikin Pademi Tidak Meledak Lagi

Demikian dikatakan Prof. (HC UA) Carina Citra Dewi Joe, seorang  ilmuwan asal Indonesia yang terlibat pengembangan vaksin AstraZeneca.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Willem Jonata
zoom-in Virus Covid-19 Sebetulnya Masih Ada, Dua Hal Ini Bikin Pademi Tidak Meledak Lagi
HandOut/IST
Seminar Presidential Lecture Series yang digelar Fakultas Kedokteran, President University, belum lama ini. Seminar yang diselenggarakan dalam format talkshow dan dipandu oleh Dekan Fakultas Kedokteran, President University, Prof. Budi Setiabudiawan dan menghadirkan Prof. (HC UA) Carina Citra Dewi Joe di Theatre Room 1 dan 2, President University Convention Center, Jl. H. Usmar Ismail, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasiolan Eko P Gultom

TRIBUNNEWS.COM - Virus Covid-19 sebetulnya masih ada. Hanya setidak-tidaknya ada dua hal yang membuat pandemi Covid-19 sampai saat ini tidak meledak lagi menjadi pandemi.

Hal tersebut diungkapkan Prof. (HC UA) Carina Citra Dewi Joe, B.Sc, M.Sc, Ph.D., seorang  ilmuwan muda asal Indonesia dalam seminar Presidential Lecture Series dengan topik What Inspires the Next Generation in Healthcare? Exploring Prof. Carina Joe’s Perspective yang digelar Fakultas Kedokteran, President University, belum lama ini.

Seminar yang diselenggarakan dalam format talkshow dan dipandu oleh Dekan Fakultas Kedokteran, President University, Prof. Budi Setiabudiawan.

Baca juga: Sama-Sama Jadi Pemicu Kematian, Ini Alasan Penanganan TBC Tidak Semasif Covid-19

Nama Carina mendunia karena keikutsertaannya dalam pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca yang menjadi solusi untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Berkat temuan vaksin tersebut, jutaan orang di seluruh dunia berhasil selamat dari pandemi Covid-19.

Menurut Carina dua hal yang membuat pandemi Covid-19 tidak meledak lagi, pertama, karena virus Covid-19 saat ini berada dalam fase bertahan hidup.

BERITA REKOMENDASI

“Mereka masih ada dalam tubuh manusia, tetapi sudah tidak membahayakan lagi,” tegas Carina.

Kedua, masyarakat saat ini sudah semakin kebal, karena mereka sudah memperoleh vaksin Covid.

Teknologi dalam Kesehatan

Dalam sesi Presidential Lecture tersebut, Prof. Budi dan Carina banyak membahas tentang pentingnya teknologi dalam bidang kesehatan. Salah satu teknologi tersebut adalah dalam bidang rekayasa genetika.

“Dengan rekayasa genetika, dokter bisa mengubah gen seseorang. Lalu, melalui terapi genetika, penyakit yang biasanya muncul akibat adanya gen tertentu tadi, ketika gen tersebut berhasil diubah melalui teknik rekayasa genetika, penyakitnya menjadi tidak muncul lagi,” papar Carina.

Contoh lain dari penerapan teknologi rekayasa genetika dalam bidang kesehatan adalah terapi sel punca alias stem cell.

Carina mengatakan, “Terapi sel punca dapat membantu mengatasi berbagai penyakit yang saat ini masih tergolong sulit untuk disembuhkan.”

Di antaranya, penyakit degeneratif atau penyakit-penyakit kronis lainnya. Misalnya, penyakit diabetes, Alzheimer, Parkinson, gagal jantung, stroke, dan beberapa lainnya.

Teknologi kesehatan lain yang terus dikaji penerapannya adalah kloning. “Pada hewan, teknologi ini sudah berhasil diterapkan. Hanya kalau mau diterapkan untuk manusia, masalah etiknya harus diselesaikan terlebih dahulu,” papar Carina.

Isu lain yang dibahas Prof. Budi dan Carina adalah penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam bidang kedokteran. Saat ini di dunia industri, penerapan AI dan berbagai teknologi digital lainnya dalam bisnis sudah begitu lazim. Bagaimana dengan dunia kedokteran?

Saat ini di dunia kedokteran sudah ada program berbasis AI yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur protein. Dalam dunia kedokteran, mengetahui struktur protein menjadi sangat penting.

“Dengan mengetahui strukturnya, para dokter dan peneliti dapat mempelajari dan memgembangkan berbagai jenis obat dengan berbasis informasi dari struktur protein tersebut,” kata Carina.

Dahulu, untuk memahami tentang struktur protein, para peneliti kesehatan membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Lanjut Carina, “Sekarang dengan adanya pemograman yang berbasis AI, prosesnya menjadi lebih cepat. Saat ini dalam waktu setahun para peneliti sudah dapat memprediksi 330.000 struktur protein. Dari situ para peneliti bisa mengembangkan berbagai jenis obat.”

Carina menjelaskan lebih jauh lewat contohnya melalui penyakit Alzheimer. Di dalam tubuh manusia, ungkap dia, sejatinya ada protein yang bisa memicu terjadinya penyakit Alzheimer.

Jika protein ini berinteraksi dengan jenis protein lainnya yang ada di dalam tubuh manusia, gejala-gejala penyakit Alzheimer pun akan muncul. Untunglah saat ini para peneliti kesehatan sudah berhasil mengidentifikasi jenis protein tersebut, sehingga mampu mengembangkan obat yang bisa mencegah protein itu berinteraksi dengan protein lainnya. “Dengan adanya obat tersebut, penyakit Alzheimer menjadi tidak muncul,” papar Carina. 

Inovasi dan Value

Selain isu teknologi, Prof. Budi dan Carina juga membahas tantangan di dunia kedokteran dan kesehatan dalam melakukan inovasi. Isu ini, menurut keduanya, sangat penting bagi mereka yang ingin meniti karier dalam bidang kesehatan. Baik sebagai dokter maupun peneliti.

Di dunia industri, umumnya fasilitas untuk melakukan riset beserta dengan dananya tersedia. Namun, sesuai dengan karakternya sebagai entitas bisnis, di dunia industri segala sesuatunya sudah sangat terstruktur.

“Jadi, problemnya adalah kebebasan. Di dunia industri, kita tidak sepenuhnya bebas dalam melakukan inovasi,” ungkap Carina.

Sebaliknya di dunia akademis, termasuk perguruan tinggi, justru ada kebebasan dalam berinovasi.

“Hanya di dunia akademis, sumber dana dan fasilitas risenya sangat terbatas,” katanya.

Merujuk pengalaman Carina, Prof. Budi menyimpulkan bahwa untuk saat ini dan di masa depan, peran teknologi dalam bidang kesehatan menjadi semakin penting.

Maka, penting bagi karier lulusan Fakultas Kedokteran untuk memahami teknologi dan penerapannya dalam dunia kesehatan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas