Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Awas Risiko Penggunaan ASI Bubuk untuk Bayi, Ada Ancaman Kontaminasi

ASI yang melewati prosedur dikeringkan sampai menjadi bubuk ini tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Awas Risiko Penggunaan ASI Bubuk untuk Bayi, Ada Ancaman Kontaminasi
tangkap layar Tiktok konten kreator @natasha.surya
Baru-baru ini viral soal narasi promosi yang berisi Air Susu Ibu (ASI) bisa dijadikan bentuk serbuk. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,Jakarta – Akhir-akhir ini muncul tren di media sosial terkait Air Susu Ibu (ASI) bubuk (freeze-dryed).

Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) menjelaskan, hingga saat ini manfaat pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui.

Proses ini memang dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun karena menggunakan suhu tinggi saat proses pengeringan maka berdampak pada rasa dan kualitas ASI.

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr Naomi dalam keterangannya, Kamis (9/5/2024).

Baca juga: Ramai Tentang ASI Bubuk, Dokter Ingatkan Dua Manfaat Ini Hilang

Lebih jauh, ASI yang melewati prosedur dikeringkan sampai menjadi bubuk ini tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya.

"Dengan demikian maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi," tegas dia.

Berita Rekomendasi

Pihaknya mengingatkan kepada semua pihak agar tidak mempromosikan atau memberikan freeze dryed ASI kepada bayi, terlebih bagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

"Zat aktif yang menjadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze-drying. Produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya, ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan," jelas dia.

Ia mengatakan, menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan, dan dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI

Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak.

"Menyusui itu bukan sekadar memberikan ASI,” ungkap Dr Naomi.

Metode freeze-drying ASI dianggap memiliki potensi untuk meringkas ruang penyimpanan dan mungkin lebih praktis untuk pemberian ASI di saat bayi tidak bersama ibu.

Namun metode ini adalah temuan yang relatif masih sangat baru, belum lengkap pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC, AAP, atau FDA.

Sebelumnya, metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI menjadi bentuk bubuk (dikenal juga sebagai teknik lyophilization) dilakukan dengan tujuan memperpanjang umur simpan ASI dari semula 6 bulan di dalam freezer menjadi 3 tahun, dengan alasan penghematan ruang penyimpanan ASI, kenyamanan untuk ibu yang sering bepergian dan ingin terus memberikan ASI di uar masa cuti melahirkan.

Proses ini meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 C selama 3 s/d 5 jam, kemudian mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi, yaitu transisi ekstraksi air selama 2 hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair.

Umumnya, 1 liter ASI akan menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.

Pembekuan ASI yang lazim dilakukan pada praktik rumahan, telah diteliti dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas