Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA, BPOM Segerakan Sosialisasi dan Edukasi

“Penggunaan berulang dari kemasan galon tersebut dapat berpotensi terjadinya migrasi atau pelepasan BPA," kata Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasa

Penulis: Yosephin Pasaribu
Editor: Vincentius Haru Pamungkas
zoom-in Galon Guna Ulang Rawan Terkontaminasi BPA, BPOM Segerakan Sosialisasi dan Edukasi
Shutterstock
Ilustrasi air galon isi ulang. 

TRIBUNNEWS.COM – Dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 secara resmi mewajibkan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang untuk mencantumkan label bahaya Bisfenol-A (BPA) pada produk mereka.

Sebagaimana diketahui, mayoritas kemasan galon air minum yang beredar di pasaran menggunakan jenis plastik polikarbonat. Biasanya, galon tersebut didistribusikan dengan sistem guna ulang, yang berarti galon kosong dikembalikan ke produsen untuk dibersihkan dan digunakan kembali.

“Penggunaan berulang dari kemasan galon tersebut dapat berpotensi terjadinya migrasi atau pelepasan BPA," kata Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Ema Setyawati dalam rilis yang diterima Tribunnews, Selasa (6/8).

Ema mengatakan, kontaminasi BPA pada galon guna ulang berpotensi terjadi apabila proses pencucian dan distribusi galon dilakukan dengan cara yang tidak tepat. 

Misalnya, saat produsen menyemprot galon bekas dengan suhu tinggi, menggunakan deterjen atau menggosok bagian dalam galon hingga tergores, serta membiarkan galon terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama saat pengantaran ke konsumen.

Hal senada turut diungkapkan oleh peneliti polimer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Akbar Hanif Dawam Abdullah. 

Menurut Akbar, meskipun penggunaan BPA pada galon polikarbonat menjadikan galon kuat dan tahan panas, tetap ada potensi migrasi BPA dari kemasan ke air minum. 

BERITA TERKAIT

"Selama bahan kemasan dibuat dari polimer polikarbonat, potensi migrasi BPA dipastikan tetap ada. BPA bisa masuk ke dalam tubuh dan mengganggu fungsi kerja hormon," jelas Akbar.

Baca juga: BPOM Tegaskan Pentingnya Pelabelan Bahaya BPA pada Galon Guna Ulang

Langkah BPOM gencarkan pelabelan risiko BPA

Menurut Ema, saat ini masyarakat sudah bisa mengakses langsung Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan via website lembaga.

Perlu diketahui, regulasi ini menambahkan dua pasal baru terkait Label Pangan Olahan, yakni kewajiban pencantuman label cara penyimpanan air minum kemasan (Pasal 48 a) dan kewajiban pencantuman label peringatan risiko BPA pada semua galon air minum bermerek yang menggunakan kemasan polikarbonat (Pasal 61 a). 

Nantinya, saat masa tenggang (grace periode) penerapan aturan tersebut berakhir pada 2028, produsen yang menggunakan kemasan polikarbonat wajib menyertakan label peringatan "Dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan".

Aturan tersebut berangkat dari temuan pada tahun 2021-2022 yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan peluruhan BPA pada galon air minum, dengan lima provinsi tercatat memiliki angka migrasi BPA yang melebihi batas aman.

Otoritas keamanan pangan internasional pun telah memperketat batas aman paparan BPA. Sebagai contoh, European Food Safety Authority pada April 2023 menurunkan nilai Tolerable Daily Intake (TDI) untuk BPA menjadi 0,002 mikrogram per kilogram berat badan per hari.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas