Dr. Ivander Utama: Kanker Serviks Satu-satunya Kanker yang Bisa Dicegah
Kanker leher rahim atau kanker serviks menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi perempuan dengan 36.964 kasus baru pada tahun 2022.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah. Caranya, yakni dengan melakukan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus).
Kanker serviks paling banyak menyerang perempuan di seluruh dunia.
Di Indonesia, kanker leher rahim menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi perempuan dengan 36.964 kasus baru pada tahun 2022, dan menjadi salah satu beban pembiayaan kesehatan terbesar.
“Kalau kanker payudara tidak bisa dicegah karena genetik, maka kanker serviks satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan syarat vaksinasi,” ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Dr. Ivander Utama, F.MAS, SpOG, MSc dalam kampanye edukasi kesehatan bertajuk Tenang untuk Menang, Perempuan Indonesia Merdeka dari Bahaya Kanker Leher Rahim di Djakarta Theater, Selasa (13/8/2024).
Baca juga: Cerita Cinta Penelope Berjuang Hadapi Kanker Serviks Sejak 5 Tahun Silam
Dokter Ivander memaparkan, kanker serviks tidak bisa terjadi secara tiba-tiba. Biasanya diperlukan waktu bertahun-tahun walaupun terkadang dapat terjadi dalam waktu singkat.
Ketika seseorang perempuan terinfeksi HPV tipe tertentu dan sistem imun tubuh tidak berhasil membunuh virus tersebut maka HPV dapat mengakibatkan sel di daerah serviks menjadi abnormal.
Bila tidak terdeteksi atau diobati secara dini maka sel-sel abnormal ini akan berkembang menjadi pra-kanker dan secara lebih lanjut akan menjadi kanker.
“Sayangnya ketahuan sudah di fase cukup parah di mana menimbulkan gejala seperti pendarahan pasca hubungan badan, 3-4 hari setelah senggama darah keluar. Banyak jalan timbul keputihan yang banyak bahkan berbau busuk, atau nyeri saat buang air kecil. Itu tanda-tanda kanker serviks stadium akhir dan tindakannya tidak bisa lagi operasi melainkan kemoterapi dan radiasi. Di fase awal stadium 1, 2, 2a sering kali mis karena tidak pernah skrining,” tutur dokter Ivander.
Ia menerangkan bahwa sebagian besar penularan HPV terjadi karena hubungan seksual, bisa juga kontak kelamin dengan kelamin, kontak kelamin dengan anus, maupun karena oral seks. Tapi jangan salah juga bergesekan kulit bisa jadi transmisi penularan HPV.
“Karenanya cara terbaik adalah mencegahnya dengan melakukan vaksinasi. Dari penelitian yang ada itu efektivitasnya nyaris 100 persen terproteksi” jelas dia.
Untuk menanggulangi penyebaran penyakit berbahaya ini, pada 2023 lalu, Presiden Joko Widodo mendeklarasikan Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim di Indonesia (tahun 2023-2030), yang pelaksanaannya dipimpin oleh Kementerian Kesehatan.
Mengutip kemenkes, rekomendasi dari CDC (Centers for Diseases Control and Prevention, USA) vaksinasi HPV dilakukan pada usia 11-12 tahun dan dapat dimulai ketika usia 9 tahun.
Usia tersebut efektif untuk mencegah infeksi HPV karena sebagian besar belum memulai aktivitas seksual.
Vaksin HPV hanya diberikan dua dosis jika dosis pertama diberikan sebelum usia 15 tahun, dengan interval antar dosis minimal 6 bulan.
Sedangkan bila dosis pertama diberikan pada usia 15 – 26 tahun, vaksinasi HPV diberikan dalam tiga dosis.
Vaksinasi HPV pada usia lebih dari 26 tahun tidak direkomendasikan dan memerlukan konsultasi dokter. Hal tersebut dikarenakan vaksinasi kurang bermanfaat akibat kebanyakan orang telah terpapar HPV pada usia lebih dari 26 tahun.