Bekerja dari Rumah Bukan Solusi Atasi Gangguan Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Masyarakat mulai menyadari bahwa pekerjaan yang terlalu menekan juga bisa memicu gangguan kesehatan mental di tempat kerja.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesehatan mental pekerja di tempat kerja, menjadi sorotan dalam Hari Kesehatan Mental Sedunia di tahun ini.
Masyarakat mulai menyadari bahwa pekerjaan yang terlalu menekan juga bisa memicu gangguan kesehatan mental di tempat kerja.
Setidaknya ada beberapa faktor penyebab kenapa muncul gangguan kesehatan mental. Salah satunya seperti beban kerja yang berat, hingga jam kerja yang panjang dan tidak fleksibel.
Di sisi lain, belakangan saat pandemi Covid-19, muncul konsep work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.
Setelah pandemi usai pun, masih ada perusahaan yang menerapkan konsep kerja di rumah.
Lantas, apakah bekerja dari rumah bisa menjadi solusi dalam mengatasi gangguan kesehatan mental pekerja?
Terkait hal ini, Psikolog RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Jane Cindy Linardi, M.Psi., S.Psi beri jawabann.
Menurutnya WFH belum tentu menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi gangguan kesehatan mental pekerja.
"Tergantung dari jenis pekerjaannya, beberapa orang membutuhkan cara kerja yang terstruktur dan tatap muka untuk mengorganisir sesuatu," ungkap Cindy pada keterangannya, Jumat (11/10/2024).
Baca juga: Karyawan di Singapura Kini Boleh Ajukan WFH, Kerja 4 Hari dalam Seminggu
Di sisi lain, WFH juga membatasi seseorang untuk bersosialisasi dengan teman kerja secara langsung atau tatap muka.
Kondisi ini juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental bagi sebagian orang. "Terutama orang-orang yang memiliki kepribadian ekstrovert," imbuhnya.
Baca juga: Pemprov DKI dan Pemkot Depok Sama-sama Tidak Izinkan ASN WFH: Ini Sanksinya
Mereka yang memiliki kepribadian ekstrovert adalah orang ekspresif dan ramah. Biasanya, orang dengan kepribadian ini mudah bergaul, suka berbicara, aktif, dan hangat
Selain itu, sebagian orang ada yang lebih senang bekerja dengan jadwal yang terstruktur.
"Dan (ada) orang yang membutuhkan tenggat waktu (deadline) yang pasti untuk menyelesaikan pekerjaannya," tutupnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia