Gangguan Mental Ibu Pascamelahirkan, Baby Blues Bisa Berlanjut Postpartum Depression, Efeknya Fatal
Kondisi postpartum depression lebih parah dibanding baby blues. Ibu bisa merasakan putus harapan. Tak menutup kemungkinan menyakiti diri dan anaknya.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Kedua, ibu pernah didiagnosis setidaknya mengalami satu episode depresi. Baik itu di masa kehamilan atau di luar masa kehamilan.
Dapat dikatakan, ibu pernah mengalami depresi sampai sudah didiagnosis oleh psikiater atau psikolog klinis.
Pada kondisi ini, Disya menyarankan sebelum merencanakan kehamilan, pasangan perlu berkonsultasi ke pihak profesional kesehatan mental terlebih dahulu.
Upaya ini dilakukan untuk mencegah adanya risiko postpartum depression.
"Jadi kita bisa manajemen dulu. Misalnya regulasi emosi, faktor dukungan sosial itu perlu ditingkatkan, dan lain sebagainya, agar (postpartum depression) tidak terjadi,"saran Disya.
Ketiga, memiliki riwayat premenstrual dysphoric disorder.
Premenstrual dysphoric disorder adalah gangguan terkait emosi dan fisik yang dialami wanita sebelum masa menstruasi
Disya mengungkapkan jika beberapa jurnal penelitian mengatakan, perempuan yang mengalami rasa sakit atau nyeri yang sangat luar biasa ketika menstruasi, dapat berisiko alami postpartum depression.
"Kenapa? Karena perubahan hormon nya itu terjadi sangat signifikan pada perempuan dengan premenstrual dysphoric disorder. Sehingga itu punya risiko jadi postpartum depression ketika melahirkan," jelasnya.
Oleh karena itu, Disya pun berpesan pada suami atau orang yang tinggal satu rumah untuk selalu mendampingi ibu hamil.
Jangan lupa, untuk selalu peka dengan segala perubahan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan.
Jika ditemukan ada tanda yang mengarah pada postpartum depression, segera bawa ibu ke pihak profesional atau tenaga kesehatan terkait.