Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Praktisi Kesehatan: Sulit Harapkan Kecukupan Kalori dan Gizi dari Menu Rp10 Ribuan 

Praktisi kesehatan Ngabila Salama menyampaikan beberapa catatan yang perlu diperhatikan terkait penyelenggaraan program Makan Siang Bergizi Gratis

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Praktisi Kesehatan: Sulit Harapkan Kecukupan Kalori dan Gizi dari Menu Rp10 Ribuan 
Tribunnews/Mario Christian Sumampow
Menu siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 06 dan SDN 07 Pulogebang, Jakarta Timur, tidak menyertakan susu sebagai salah satu komponennya.  

 


Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktisi kesehatan Ngabila Salama menyampaikan beberapa catatan yang perlu diperhatikan terkait penyelenggaraan program Makan Siang Bergizi Gratis yang dijalankan pemerintahan Prabowo Subianto. 

Pertama soal kecukupan kalori dan gizi dari menu makanan yang disajikan. 

"Sulit mengharapkan kecukupan kalori dan gizi dari menu 10 ribu yang ini pun perlu dipastikan. Tidak dipotong pajak tinggi, adanya pemotongan anggaran dan lain-lain," kata Ngabila pada keterangannya, Rabu (8/1/2025). 

Yang juga perlu, konsep menu yang digunakan harus sesuai dengan isi piringk. Setengah piring sayur dan buah. Setengah piring lauk tinggi protein hewani dan karbohidrat. 

Hal ini karena anak masih butuh hormon untuk tumbuh kembang, tentunya protein hewani sangat dibutuhkan.

Berita Rekomendasi

Kedua, penyedia makanan harus dipastikan memiliki sertifikat layak kebersihan dari puskesmas setempat untuk mencegah infeksi atau keracunan makanan massal. 

Sebaiknya tidak menggunakan kemasan plastik atau kertas. 

"Sebaiknya pakai peralatan makan yang bisa dipakai kembali agar komposisi anggaran untuk lauk protein hewani lebih tinggi," imbuhnya. 

Ketiga, program ini perlu didukung secara penuh oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Program ini juga perlu monitoring evaluasi berkala dan penyeragaman menu di cakupan wilayah mikro (kecamatan) sekaligus memungkinkan dikonsultasikan dengan ahli gizi. 

Baca juga:  Tidak Ada Susu di Menu Makan Bergizi Gratis SDN 06 dan 07 Pulogebang Jakarta Timur


Ngabila juga mengomentari tidak adanya susu pada program makanan bergizi gratis ini. Menurutnya, saat ini Indonesia tidak lagi menggunakan skema 4 sehat 5 sempurna, dan susu produk UPF (tidak alami).

Ada juga orang Indonesia yang mengalami alergi protein susu sapi. Sehingga tidak dapat mengonsumsi susu.

Baca juga: Guru Sekolah Was-was Pendistribusian Menu Makan Bergizi Hambat Proses Belajar Siswa


"Jadi saya pribadi ketimbang susu, lebih baik meningkatkan komposisi protein hewani (sumber makanan alami langsung yang bukan UPF / ultra processed food)," tambahnya. 

Terakhir, Ngabila melihat program makan bergizi gratis ini punya potensi bertujuan menciptakan generasi yang sehat fisik dan mental.

Sehingga diharapkan dapat menyongsong puncak bonus demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045.

"Dengan menciptakan kultur makanan sehat, ekonomis setiap hari, akan menjadi contoh untuk diterapkan di rumah dan kehidupan sehari-hari," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas