Masyarakat Desa Sumber Urip Bengkulu Lebih Pilih Ternak Lebah Madu Ketimbang Kambing
Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu memiliki beberapa jenis produk tani dan ternak, salah satunya ad
TRIBUNNEWS.COM – Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu memiliki beberapa jenis produk tani dan ternak, salah satunya adalah peternakan madu.
Masyarakat desa ini memiliki sebuah kelompok tani madu, bernama Kelompok Tani Madu Murni Kaba Jaya. Beranggotakan 15 orang, kelompok tani madu ini memiliki 85 kotak sarang lebah yang tersebar di desa. Lebah yang mereka ternak adalah berjenis lebah api sirana.
Kelompok tani madu Murni Kaba Jaya ini memanen madunya sekali dalam sebulan, setiap tanggal 25 kalau berdasarkan hitungan kalender jawa.
Biasanya, dalam sekali panen, mereka bisa menghasilkan empat sampai lima botol madu berukuran 220 ml, yang kemudian dihargai Rp 70rb per botolnya.
Namun sayangnya, jumlah panen yang terbilang rendah ini juga masih dipengaruhi oleh musim. Kemarau adalah musim yang paling pas menghasilkan madu, sedangkan ketika musim penghujan tiba, masyarakatnya kadang malah tidak mendapat madu sama sekali.
Hal ini karena hujan menghalangi para lebah untuk mengambil nectar dari bunga yang menjadi bahan utama pembuatan madu.
Desa Sumber Urip sudah menerima dana desa dari pemerintah pusat sejak tahun 2015 hingga tahun 2018 ini. Total dana desa yang diterima Desa Sumber Urip total sekitar Rp 2,3 miliar.
Masyarakat memanfaatkan bantuan dana ini untuk membangun desanya, mulai dari membangun jalan untuk menunjang aktivitas ekonomi warga, sarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan warga desa, pengembangan tempat wisata, pembentukan BUMDes dan juga memberdayakan pada para petani dan peternak.
BUMDes Urip Jaya yang dibentuk dari dana desa, juga memberikan pelatihan kepada para peternak lebah madu dengan dengan mengadakan pelatihan cara memelihara lebah madu. Pelatihan ini sudah terlaksana pada 2016 lalu lewat pemanfaatan dana desa.
Melalui pelatihan ini, para peternak lebah madu di Desa Sumber Urip diberi edukasi dari seorang ahli tentang bagaimana cara beternak lebah madu yang baik dan benar.
Sejak saat itu, kapasitas lebah madu meningkat dan bisa memberikan pemasukan tambahan bagi warga desa yang tadinya hanya menggantungkan sumber pemasukan dari hasil komoditas pertanian.
“Bermanfaat juga (pelatihan). Kita nggak tahu, terus jadi tahu, terus kita ternak dan sekarang jadi bahan komoditas,” ungkap Dedi Susanto, salah satu peternak lebah madu di Desa Sumber Urip.
Lebih lanjut Dedi mengaku lebih memilik berternak madu dibandingkan beternak kambing. Hal ini karena ia merasa lebih menguntungkan beternak lebah.
“Kalau ternak kambing, kita harus cari makan buat mereka. Tapi kalo ini kan lebahnya mencari sendiri makanannya,” jelas Dedi.
Saat ini Dedi memiliki 6 kotak lebah, dimana satu kotaknya bisa menghasilkan 4 botol yang dia hargai Rp 70rb per botol. Jadi total setiap bulan, dirinya mendapatkan pemasukan tambahan sekitar Rp. 1.680.000,-.
Selain madu, Desa Sumber Urip juga mengembangkan sektor pertaniannya. Produk unggulan desa ini adalah cabai merah. Cabai ini memiliki keunggulan lebih tahan lama dibandingkan cabai dari tempat lain, sehingga bisa dikirim jarak jauh seperti ke Palembang dan bahkan Jakarta.
Selain cabai, masyarakat desa juga bercocok tanam menanam sayuran lain seperti sawi, kembang kol, brokolo, daun bawang, dan tomat.
Penulis: Dessita Chairani