Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kopi Liberika Meranti, Inovasi Desa Kedaburapat di Lahan Gambut

Di Indonesia, kopi melimpah ruah dan setiap daerah memiliki karakternya masing-masing.

Editor: Content Writer
zoom-in Kopi Liberika Meranti, Inovasi Desa Kedaburapat di Lahan Gambut
ISTIMEWA
Kepala Desa Kedaburapat, Mahadi mengatakan, untuk menunjang aktivitas ekonomi petani kopi Liberika Meranti, dana desa yang diterima Desa Kedaburapat dimanfaatkan untuk memperbaiki jalan usaha tani. 

TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Siapa yang tak tahu dan tak menyukai kopi? Minuman yang identik dengan warna hitam itu sudah pasti dikenal banyak orang di penjuru dunia. Di Indonesia, kopi melimpah ruah dan setiap daerah memiliki karakternya masing-masing.

Di tanah Sumatera, kopi yang kita kenal mungkin Kopi Gayo dan Kopi Lampung.Namun, di salah satu desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, terdapat kopi unik yang tak kalah dari dua contoh kopi di atas.

Liberika Meranti demikian nama kopi unik yang ada di Desa Kedaburapat, Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Disebut unik karena Kopi Liberika Meranti memiliki beberapa ciri khas khusus seperti buah kopinya memiliki ukuran yang lebih besar daripada buah kopi arabika maupun robusta. Hal ini karena kulit buah kopinya sangat tebal, sehingga tidak dapat diproses secara manual.    

Ketebalan kulit kopi ini membuat kopi liberika tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kopi liberika juga memiliki kandungan kafein yang lebih rendah daripada jenis kopi lainnya serta aman untuk lambung.

Satu keunikan kopi yang hampir tidak ada di jenis kopi lain adalah kemampuannya  tumbuh di  tanah gambut yang sangat sulit ditanami.

Dalam sekali panen, bisa mencapai 100 kg, dengan kisaran harga jual kopi besarannya Rp2.500/kg. Setiap petani bisa mendapat Rp 250 ribu per 20 hari.
Dalam sekali panen, bisa mencapai 100 kg, dengan kisaran harga jual kopi besarannya Rp2.500/kg. Setiap petani bisa mendapat Rp 250 ribu per 20 hari. (dok. Kompas.com)

Namun, justru di Desa Kedaburapat yang  tanahnya ber gambut itulah, kopi unik tersebut berhasil dibudidayakan. Tak salah kalau kemudian Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Kedaburapat terus berinovasi untuk mengembangkan penanaman kopi Liberika Meranti ini.

Berita Rekomendasi

Al-Hakim, salah satu petani kopi  Liberika Meranti, mengatakan kopi tersebut berbeda dengan kopi arabika atau robusta, yang notabenenya tumbuh di dataran tinggi.

"Biji kopi Liberika Meranti ini dapat tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian hanya 1 meter di atas permukaan laut. Padahal tanah gambut ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi, namun kopi Liberika justru tumbuh dan sukses  ditanam di lahan ini" kata Hakim saat ditemui di Desa Kedabu Rapat, Riau, Rabu (9/4/2019).

Dengan kemampuannya tumbuh di tanah gambut menurut Hakim membuat Kopi liberika kini menjadi produk unggulan Desa Kedaburapat, selain juga ada pinang dan kelapa.

Hakim bahkan sudah mematenkannya ke tingkat pusat lewat Kementerian Pertanian dan Kementerian Hukum dan HAM dengan nama kopi Liberika Meranti.  Bicara soal bibit, Hakim mengatakan jika ia memiliki 222 batang induk pohon kopi liberika dan sudah mempunyai  varietas unggul nasional. 

Meski tumbuh di tanah gambut namun ada perlakuan unik pada tanah untuk proses penanaman Kopi Liberika Meranti. Sebelum penanaman, tanah gambut dipadatkan terlebih dahulu selama 3-4 tahun. Sembari menunggu tanah padat, warga menyiapkan bibit kopi yang sudah disemai di dalam polybag.

Setelah tanah memadat, gambut tersebut kembali dibersihkan dengan membuat pancang lobang dengan kedalaman 40 x 40 cm dan didiamkan selama setengah bulan.

Kemudian membuat parit-parit kecil sebagai jalannya air yang dihasilkan oleh gambut tersebut.Sementara untuk pemupukan sebaiknya diberikan 3-4 kali selama setahun dengan pupuk organik saja.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas