Menpar Arief Yahya: UNESCO Tetapkan Sawahlunto Jadi Situs Warisan Dunia
Setelah perjuangan yang lama, Sawahlunto akhirnya tercata sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
Editor: Content Writer
Wajah Menpar Arief Yahya terlihat sumringah, Jumat (5/6/2019). Setelah kunjungan kerja ke ASDP Merak, menyeberang ke Bakauheni, lalu mampir ke Tanara, Serang, Banten. Ada apa gerangan? Rupanya, Sawahlunto Sumbar resmi tercatat sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
“Akhirnya tembus juga! Selamat buat Sawahlunto, selamat buat Indonesia. Kini status bekas pertambangan batubara zaman kolonial di Umbilon itu sudah mendapatkan stampel kelas dunia! UNESCO, Lembaga PBB yang bergerak di Pendidikan dan Kebudayaan,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.
Kalau sudah menjadi heritage site UNESCO, Sawahlunto yang disebut sebagai "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto", Sumatera Barat, itu lebih mudah dipromosikan. Karena sudah diakui dunia. “Kita akan terus promosikan Sawahlunto,” jelas Arief Yahya, yang terus mendorong semua destinasi menuju
kelas dunia.
Penetapan ini dilakukan dalam sesi Sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO PBB, di Gedung Pusat Kongres Baku di Baku, Azerbaijan. “Untuk menjadi destinasi kelas dunia, maka atraksinya juga harus kelas dunia, dan saat ini Sawahlunto sudah mendapatkan pengakuan dunia,” kata Arief Yahya.
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadjamuddin Ramly mengatakan, ini merupakan warisan budaya dunia kelima yang dimiliki oleh Indonesia.
Dia menambahkan Indonesia sudah memiliki empat warisan dunia kategori alam yakni Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Tropis Sumatera (2004), dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991). Kemudian empat warisan dunia kategori budaya, yaitu Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996), sistem Subak di Bali (2012).
"Penetapan warisan budaya ini dilakukan pada siang hari ini di Baku, Azerbaijan," ujar Nadjamuddin, Sabtu (6/7/2019).
Nadjamuddin menjelaskan, Kota Sawahlunto dimasukkan ke dalam daftar sementara warisan dunia kategori budaya pada 2015. Sejak saat itu, proses pengumpulan data, penyusunan dokumen pendukung dan diskusi panjang dengan para ahli dan akademisi dari dalam dan luar negeri makin intensif dilakukan.
"Sampai pada akhirnya muncul usulan agar memperluas tema nominasi untuk memperkuat Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value)," kata Nadjamuddin.
Perluasan tema nominasi ini tentunya berimplikasi pada perluasan wilayah nominasi dengan menggabungkan beberapa kota atau kabupaten. Yaitu Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat ke dalam satu wilayah nominasi yaitu "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto".
"Adapun pengajuan kriteria "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto" yang menjadi Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) adalah kritera dua dan empat," tambah Nadjamuddin.
Kriteria dua adalah tentang adanya pertukaran penting dalam nilai-nilai kemanusiaan sepanjang masa. Atau dalam lingkup kawasan budaya, dalam perkembangan arsitektur dan teknologi, seni monumental, perencanaan kota dan desain lansekap.
"Dalam keterkaitannya dengan kriteria dua, keunikan tambang Ombilin itu menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa terkait dengan eksplotasi batubara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara," papar Nadjamuddin.
Sedangkan, kriteria empat adalah tentang contoh luar biasa dari tipe bangunan, karya arsitektur dan kombinasi teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam sejarah manusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.