TTU Punya Lisan Natoni, Cocok Disaksikan saat Konser Musik Crossborder Kefamenanu 2019
Tradisi Lisan Natoni khas ini bisa dinikmati ketika berkunjung ke Konser Musik Crossborder Kefamenanu 2019.
Editor: Content Writer
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT, memiliki beragam kekayaan budaya. Satu diantaranya Tradisi Lisan Natoni. Tradisi khas ini bisa dinikmati ketika berkunjung ke Konser Musik Crossborder Kefamenanu 2019, 9-10 Agustus. Lokasinya di Lapangan Oenamu, Kefamenanu, TTU, Nusa Tenggara Timur.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, mengatakan Konser Musik Crossborder Kefamenanu akan menjadi pemicu untuk mengangkat potensi lokal.
“TTU banyak memiliki sisi budaya yang eksotis. Tradisi Lisan Natoni tentu menjadi sesuatu yang luar biasa. Syaratnya, tentu datang langsung ke TTU. Momentumnya saat tepat karena ada penyelenggaraan event Konser Musik Crossborder Kefamenanu 2019,” kata Rizki Handayani, Selasa (6/8).
Tradisi Lisan Natoni adalah prosesi penyampaian pesan pada umum. Secara etimologi, Natoni berasal dari kata Na dan Toni. Na artinya laki-laki atau merujuk sebutan Na Sakau (nama laki-laki). Adapun Atoni mengandung makna tuturan kata-kata syair. Dalam perkembangannya, Natoni disebut sebagai Molok Atoni Meto Anmasimon Neo Monit Feo He Neka Mese Ma Paloil Kuan.
Artinya, syair yang saling memberi dan menerima. Tersirat juga sifat mengasihi dan bekerja sama untuk membangun kehidupan yang berteologis sesuai kepercayaan masing-masing. Tradisi Lisan Natoni pun memakai bahasa yang digunakan adalah Dawan tingkatan tertinggi. Konten yang disampaikanya berupa syair-syair kiasan adat. Penyampaian pesannya dilakukan seorang Atonis atau penutur.
Seorang penutur biasanya akan ditemani oleh pendamping (Na He’en). Para pendamping inilah yang akan memberi penekanan materi yang harus diucapkan seorang Natonis.
“Tradisi Lisan Natoni sangat menginspirasi. Ada banyak pesan moral dan petuah hidup luar biasa yang disampaikan di sana. Kami harap wisatawan bisa mengeksplorasi tradisi tersebu,” terang Rizki.
Tradisi Lisan Natoni dilakukan dalam setiap fase atau jenjang kehidupan. Dan, aktivitasnya dilakukan secara adat. Jenjang kehidupannya diantaranya, kelahiran, perkewinan, hingga kematian. Tradisi Lisan Natoni juga kerap diterapkan dalam hidup bermasyarakat. Sebut saja aktivitas dalam pembangunan rumah adat, persembahan bagi Uis Neno, dan Uis Pah.
“Tradisi Lisan Natoni memang menjadi potensi pariwisata yang bagus. Sebab, nuansa budaya khasnya sangat kuat. Yang jelas, ada banyak aktivitas yang bisa dinikmati wisatawan bila berlibur ke TTU. Selain budayanya, alamnya sangat eksotis,” jelas Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes.
Tradisi Lisan Natoni terbagi dalam beberapa istilah. Ada Usif yang menggambarkan kelompok kaum bangsawan sebagai pewaris tahta raja. Kelompok lain adalah Amaf atau Mnasi yang merupakan bangsawan rendah. Mereka ini adalah pemimpin masyarakat. Lainnya, ada Meo (kelompok kerabat) dan To atau To Ana (golongan yang tidak masuk strata kasta).
“Selalu ada sisi unik dan menarik yang ditawakan Konser Musik Crossborder Kefamenanu 2019. Mari datang bergabung di event ini. Kami secara khusus mengundang masyarakat Tiles untuk datang ke Kefamenanu,” tegas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengajak wisatawan Timor Leste datang ke Konser Musik Crossborder Kefamenanu. Karena, event ini akan memberikan pengalaman tak terlupakan.
“Konser Musik Crossborder Kefamenanu selalu memberikan experience terbaik. Warga Tiles silahkan datang, tapi tetap sesuaikan dengan regulasi imigrasi yang berlaku,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.(*)