Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Deforestasi Turun, Indonesia Terima USD103,8 Juta dari GCF

Indonesia melanjutkan tren positif mendapat pengakuan global atas keberhasilan penurunan emisi gas rumah kaca

Editor: Content Writer
zoom-in Deforestasi Turun, Indonesia Terima USD103,8 Juta dari GCF
Humas KLHK
Menteri LHK Siti Nurbaya saat konferensi pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara virtual, Kamis (27/8/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia melanjutkan tren positif mendapat pengakuan global atas keberhasilan penurunan emisi gas rumah kaca dari menurunnya deforestasi dan degradasi hutan (REDD+).

Pengakuan ini dalam bentuk persetujuan dana sebesar 103,8 Juta USD sebagai pembayaran kinerja melalui skema Result Based Payment (RBP) dari Green Climate Fund (GCF). Sebelumnya Indonesia juga mendapatkan dana dengan skema RBP dari Norwegia sebesar USD56 juta.

Proposal yang diajukan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyajikan hasil kinerja REDD+ Indonesia untuk periode 2014-2016, dengan volume pengurangan emisi sekitar 20,3 juta ton karbon dioksida ekuivalen (tCO2eq).

Indonesia menjadi negara terbesar penerima pembayaran dengan skema RBP dari GCF, jauh di atas Brasil yang menerima dana senilai USD96,5 juta. Indonesia merupakan negara kelima yang berhasil mengakses program percontohan senilai USD500 juta ini.

Pembayaran berbasis hasil atas keberhasilan penurunan emisi dari REDD+ ini, telah melalui verifikasi tim teknis independen yang ditunjuk Sekretariat UNFCCC.

“Jadi ini bukan klaim Indonesia sepihak, melainkan telah diverifikasi kebenaran data dan konsistensi metodologi-nya. Laporan hasil verifikasi juga terbuka untuk publik,” ungkap Menteri LHK Siti Nurbaya saat konferensi pers bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati secara virtual, Kamis (27/8/2020).

Angka deforestasi netto Indonesia menunjukkan tren yang semakin menurun dari waktu ke waktu. Pada periode 1996- 2000 pernah menyentuh angka tertinggi 3,51 juta hektar/tahun, dengan berbagai intervensi kebijakan, contohnya moratorium izin hutan primer dan lahan gambut, maka laju deforestasi Indonesia terus menurun hingga mencapai angka terendah yaitu 0,40 juta hektar/tahun.

Berita Rekomendasi

Begitu pula dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang pernah menyentuh luasan terbakar hingga 11,8 juta di periode 1997-1998, dan terjadi kenaikan di tahun 2015 karena faktor El Nino, karhutla berhasil dikendalikan secara signifikan pada tahun 2016-2018. Terjadi perubahan paradigma kerja pemadaman ke pengendalian.

Keberhasilan pemerintah mengurangi secara konsisten laju deforestasi, ditempuh melalui sejumlah langkah dan kebijakan. Seperti rehabilitasi hutan dan lahan, Reboisasi/penghijauan, Perlindungan dan pengamanan kawasan hutan konservasi, Perlindungan dan pengamanan kawasan hutan, Pengendalian kebakaran hutan dan lahan, Penegakan Hukum, SVLK, Perhutanan Sosial, dan berbagai program lainnya.

Komitmen pembayaran GCF ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap perubahan iklim, serta menjadi wujud peningkatan kepercayaan di dalam negeri dan komunitas internasional.

''Melalui pembayaran berbasis kinerja dari Norwegia dan GCF ini, kerja keras selama satu dekade dalam melestarikan hutan dan menurunkan laju deforestasi telah menuai hasil. Namun usaha dan aksi nyata kita terhadap perubahan iklim tidak akan berhenti sampai di sini,'' kata Menteri Siti.

'''Sebagaimana diamanatkan Bapak Presiden Joko Widodo, nantinya dana ini juga digunakan untuk pemulihan lingkungan berbasis masyarakat. Atas capaian kerja keras kita bersama ini, saya sampaikan 'Terimakasih Indonesia','' tambahnya.

Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengucapkan selamat kepada Menteri LHK RI dan jajaran, atas keberhasilan Indonesia mendapat persetujuan pendanaan RBP dari GCF.

“Kita senang Menteri LHK dan tim berhasil mendapatkan pengakuan sebesar USD103,8 juta ha, bahkan lebih besar dari proposal Brasil dengan Amazon-nya. Ini adalah prestasi yang luar biasa dari Ibu Siti dan tim di KLHK bisa mendapatkan fund, karena sudah melalui proses yang cukup panjang dan tidak mudah. Karena pernah di World Bank, jadi saya tau,” ungkapnya.

Menurut Sri Mulyani, keberhasilan ini sekaligus menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia tidak hanya berkomitmen terhadap perubahan iklim, tapi ditunjukkan dengan capaian konkrit dalam bentuk pembayaran ini.

Momentum ini, diharapkan Sri Mulyani dapat terus digunakan untuk meningkatkan keterlibatan dan dukungan dari semua pihak terkait proposal dari Indonesia yang diajukan ke GCF.

“Semoga apa yang Ibu Siti dan jajaran dapatkan ini, semakin menambah kepercayaan diri dalam bekerja, dan juga menjadi informasi penting bagi para pihak atas kerja kolaboratif pemerintah bersama dengan seluruh masyarakat. Sehingga jangan hanya ramainya saat karhutla saja, tapi Indonesia sudah melakukan kerja-kerja nyata yang diakui,” katanya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan persetujuan GCF ini merupakan sebuah berita baik, di tengah Indonesia masih membutuhkan lebih banyak pendanaan perubahan iklim untuk mencapai target NDC. Pendanaan yang diterima oleh Indonesia ini juga dapat membantu APBN untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perubahan iklim.

“Sekali lagi saya ucapkan selamat atas kepemimpinan Ibu Menteri LHK Siti Nurbaya hingga Indonesia mendapatkan pendanaan dari GCF. Prestasi yang sangat luar biasa. Saya juga bangga, sebagai perempuan, ternyata Ibu Siti bisa men-delivered semua itu sampai mendapatkan hasil yang membanggakan ini,” pungkasnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas