KKP Serahkan Bantuan dan Tebar Benih Kakap Putih di Tanjungpinang Pada Rangkaian HUT KKP Ke 23
KKP lakukan tebar benih ikan kakap putih sebanyak 2.323 ekor di Kampung Madong
Editor: Vincentius Haru Pamungkas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan tebar benih ikan kakap putih sebanyak 2.323 ekor di Kampung Madong dan memberikan stimulan bantuan benih ikan kakap putih sebanyak 84 ribu ekor kepada kelompok pembudidaya ikan di Kota Tanjungpinang Prov. Kepulauan Riau. Pemberian bantuan tersebut merupakan rangkaian dalam rangka Gerakan Nasional (Gernas) Bulan Cinta Laut (BCL) pada rangkaian HUT KKP Ke 23.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, KKP, Tb Haeru Rahayu, dalam keterangannya di Jakarta mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan memiliki 17.504 pulau. Dengan 6,4 juta kilometer persegi wilayah perairan dan zona ekonomi eksklusif serta sumberdaya laut melimpah yang merupakan sumber pangan dan lapangan pekerjaan bagi jutaan masyarakat pesisir. Kami ingin terus memaksimalkan produksi perikanan budidaya, terutama komoditas ikan laut salah satunya seperti ikan kakap putih.
“Masa depan perikanan ke depan adalah perikanan budidaya terutama komoditas ikan laut, karena kita tidak bisa terus mengandalkan dari hasil tangkapan. Untuk itu bertepatan dengan Gernas BCL pada rangkaian HUT KKP ke 23 kami menandainya dengan memberikan bantuan benih dan tebar benih ikan kakap putih hasil UPT kami BPBL Batam,” ujar Pak Dirjen yang akrab disapa Tebe ini.
Pasalnya sambung Tebe, sumberdaya perikanan Indonesia bisa menjadi tidak memadai jika kita tidak menyiapkan kebijakan yang bisa mengantisipasi situasi kebutuhan pangan baik nasional maupun dunia. Di samping itu, berbagai kegiatan ekonomi yang memanfaatkan laut juga tumbuh dengan pesat dan memberikan peluang ancaman bagi keberlangsungan ekologi bila tidak dikelola dengan baik. Oleh karenanya melalui 5 (lima) program utama di sektor kelautan dan perikanan yang berbasis pada ekonomi biru disini menyeimbangkan antara kepentingan lingkungan dan ekonomi, serta manfaat sosial bagi masyarakat. “ Sektor budidaya merupakan faktor penting yang didorong untuk menghadapi pertumbuhan populasi penduduk dan kebutuhan protein. Pengembangan perikanan budidaya yang ramah lingkungan dilakukan agar bisa mewujudkan laut yang sehat untuk pembangunan berkelanjutan,” sambung Tebe.
Adapun, lanjutnya, 5 (lima) kebijakan di sektor kelautan dan perikanan yang berbasis pada ekonomi biru, negara akan hadir melalui regulasi, pembangunan infrastruktur dan penyediaan teknologi. Dan kegiatan budidaya akan fokus pada komodias udang, kepiting, lobster, rumput laut dan tentunya ikan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan kakap putih. Untuk itu, kami akan terus meningkatkan produktivitas dan memberikan dukungan penuh pada daerah yang mempunyai potensi perikanan laut. Salah satunya Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang mempunyai potensi budidaya ikan laut luar biasa untuk terus dikembangkan. “Bicara potensi kelautan dan perikanan Indonesia punya potensi yang besar dan sumber terbesar ada pada perikanan budidaya. Untuk itu daerah potensial komoditas ikan laut akan terus kami support dan kembangkan agar bisa lebih maksimal,” lanjut Tebe.
Oleh karenanya, Tebe menyebut kalau KKP terus mendorong pembudidaya untuk mengembangkan berbagai komoditas ikan laut, salah satunya adalah kakap putih. Karena saat ini teknologi budidayanya telah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Selain itu, komoditas ikan laut sangat potensial, baik untuk pasar dalam maupun luar negeri. Salah satunya komoditas ikan kakap putih yang pasarnya juga besar. Oleh karena itu, pengembangan usaha budidaya kakap putih masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
“Apalagi Kepri ini lokasinya sangat dekat dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Permintaan ikan kakap putih dari kedua negara tersebut cukup tinggi. Makanya potensi ini perlu digarap lebih maksimal lagi. Dan untuk bisa memaksimalkannya membutuhkan komitmen untuk membangun bersama di wilayah ini, agar sektor perikanan budidaya makin memberikan nilai lebih terhadap pembangunan ekonomi daerah pada khususnya, dan kemajuan ekonomi nasional pada umumnya,” ujar Tebe.
Upaya ini menurut Tebe, sejalan dengan Gernas BCL sebagai implementasi Ekonomi Biru, Laut Sehat, Indonesia Sejahtera. “Hingga saat ini KKP banyak melakukan terobosan-terobosan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya khususnya, dengan tetap menjaga kelestarian alam, keseimbangan ekologi, dan keanekaragaman hayati. Panglimanya adalah ekologi, agar anak cucu kita masih bisa menikmati potensi sumber daya alam di masa depan. Salah satunya dengan mengembangkan perikanan budidaya di daerah-daerah potensial seperti Kepri ini dan juga dilakukan kegiatan tebar benih ikan kakap putih,” papar Tebe.
Sementara Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, Iksan Kamil menambahkan, BPBL Batam sebagai salah satu UPT Direktorat Jenderal Perikanan di daerah siap mewujudkan pengembangan budidaya laut serta kemajuan perikanan budidaya baik untuk daerah maupun nasional,” kata Emil – sapaan akrab Iksan Kamil.
Oleh karenanya, saat ini BPBL Batam telah memproduksi komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomi tinggi seperti kakap putih, bawal bintang, kerapu macan dan ikan hias laut. Dengan kapasitas produksi benih kakap putih per tahun mencapai kurang lebih 1,4 juta ekor, ikan bawal bintang pertahun mencapai kurang lebih 1 juta ekor, kerapu macam per tahun mencapai kurang lebih 150 ribu ekor dan dan kapasitas produksi benih ikan hias nemo per tahun sekitar 10 ribu – 15 ribu ekor.
Disamping itu juga, BPBL Batam telah lama melakukan inovasi teknologi kakap hybrid, yang merupakan ikan hasil perkawinan silang strain lokal (Bali dan Sumatera) dan strain Australia. Tujuan dilakukan inovasi tersebut menjaga heterogenositas strain lokal, menjaga galur murni strain lokal, dan hybridisasi strain lokal dan strain Australia. Adapun keunggulan dari kakap hybrid tersebut seperti tingkat kelangsungan hidup sekitar 70,5 persen dan waktu pemeliharaan lebih cepat, bisa mencapai 6 bulan panen. “Dari apa yang dihasilkan di UPT kami, harapannya dapat memajukan perikanan laut untuk daerah kami dan Indonesia pada umumnya,” tandas Emil.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan program kelima dari program ekonomi biru KKP guna meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai bahaya sampah laut. Melalui Gernas BCL merupakan salah satu program ekonomi biru yang digagas sebagai upaya memulihkan kesehatan laut dari dampak negatif sampah plastik di laut.