Lestarikan Tradisi Dayak Deah, Mesiwah Pare Gumboh Sukses Digelar Selama Tiga Hari
Acara tradisi masyarakat adat "Mesiwah Pare Gumboh" di Kabupaten Balangan, Kalsel sukses dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 22-24 Juli lalu.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Acara tradisi masyarakat adat Dayak Deah, Desa Liyu, Desa Gunung Riut, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, atau yang disebut dengan "Mesiwah Pare Gumboh" sukses dilaksanakan selama tiga hari sejak Jumat (22/7/2023) lalu.
Diketahui, Mesiwah Pare Gumboh telah menjadi event budaya setelah ditetapkan sebagai sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2022. Bahkan, event ini juga telah berhasil masuk Karisma Event Nusantara 2023, program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Kepala Desa Liyu, Sukri menjelaskan tradisi adat Mesiwah Pare Gumboh merupakan pesta panen sekaligus syukuran bersama atas hasil pertanian selama satu tahun. Sebelumnya, kegiatan pertaniannya juga dilakukan secara kolektif antara warga Desa Liyu dan warga Desa Gunung Riut.
Baca juga: Kemenparekraf Apresiasi MPG yang Berpotensi Tingkatkan Ekonomi Masyarakat dan Jaga Tradisi Budaya
Menurut Sukri, status hutan desa yang sudah diberikan oleh instansi pemerintah terkait dapat membawa manfaat bagi masyarakat, terutama petani tradisional untuk menggarap lahan di dalam hutan kawasan.
"Ini sesuatu yang luar biasa bagi kami. Karena tanpa ada lahan yang bisa kami garap secara tradisional, maka MPG (Mesiwah Pare Gumboh) nasibnya kedepan akan menjadi cerita saja, namun tidak bisa kita lanjutkan," ujarnya.
Awalnya, syukuran bersama ini hanya dilakukan oleh warga masyarakat adat Dayak Deah secara mandiri, tanpa melibatkan pihak pemerintah daerah, maupun masyarakat di luar Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan itu sendiri.
Namun, MPG telah menarik perhatian secara lokal dan nasional sejak beberapa tahun terakhir. Sebagai event budaya rutin setiap tahun, MPG sudah termasuk ke dalam bagian warisan kekayaan budaya Indonesia.
Baca juga: Meriahkan Papua Street Carnival Kemenparekraf, PYCH Binaan BIN Gelar Lomba Fotografi
Acara MPG dilaksanakan dengan menyelenggarakan berbagai rangkaian adat maupun hiburan. Pada hari pertama, digelar acara ritual sakral dan juga seni pertunjukkan seperti arak-arakan yang diikuti puluhan masyarakat adat desa setempat. Kemudian, atraksi "mandi api" atau permainan api obor yang di gosok-gosokan kesekujur tubuh dilakukan oleh sejumlah laki-laki remaja dan dewasa.
Setelah sempat diguyur hujan pada malam hari, gelaran MPG tetap dilanjutkan dengan acara pertunjukkan yang menghadirkan bintang tamu Uyau Moris featuring Daniel Nuhan. Uyau Moris adalah musisi asal Tarakan, Kalimantan Timur yang memiliki spesialisasi dalam bermain instrumen Sampe, sebuah alat musik khas Suku Dayak Kenyah.
Selain itu, beberapa musisi, grup band, dan penari juga turut menampilkan performa apik dalam pertunjukkan bertajuk "Suara dari Jantung Borneo" yang berhasil menghibur ratusan pengunjung MPG-5, wisatawan lokal, maupun dari luar daerah provinsi Kalsel.
Sementara di balai adat, masyarakat adat Dayak Deah gelar sidang adat "Nowus Babat" atau penentuan nilai harga, serta penyerahan "Tombai" atau ritual penyampaian terimakasih dari pemilik panen kepada pelaku ritual. Tradisi ini dipimpin oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemimpin adat atau mantir.
Baca juga: Raih Prestasi Gemilang, Pemkot Padang Raih Tiga Penghargaan Bergengsi dari Kemenparekraf RI
Dilanjutkan pada hari kedua, beberapa lomba permainan tradisional digelar, seperti Manyumpit dan Balogo. Tak hanya itu, parade tarian dan musik tradisional juga ditampilkan dalam dua waktu berbeda. Saat petang, digelar hiburan dengan tema Liyukustik Senja, dan pada malam hari dilanjutkan dengan pertunjukan Liyukustik Malam.
Selain pertunjukkan seni, dihari itu juga dilakukan ritual adat Nengkuat Mulukng, Mengudang dan Tawas Jaa.
Koordinator pelaksanaan MPG-5, Megi menjelaskan, ritual Tawas Jaa dilakukan di pintu gerbang Balai Adat menjelang senja. Di pintu gerbang ini diletakkan sejumlah perangkat ritual, di antaranya sesajen lengkap, ukiran-ukiran patung bala, dan juga perahu yang dijejerkan sebagai media para leluhur membawa sesajen ke alam lain.
Dipimpin oleh seorang kepala adat, rangkaian ritual Tawas Jaa terdiri dari membakar kemenyan, memercikan air. dan merapalkan mantra. Perahu yang membawa sesajen kemudian diarak menuju sungai di belakang Balai Adat untuk dihanyutkan.
"Saat itu, suasana saat proses ritual Tawas Jaa dilakukan, suasananya seperti ada kekuatan magis. Dan, sangat sakral," tuturnya.
Baca juga: Anak Muda PYCH Binaan BIN Rancang Busana untuk Papua Street Carnival Kemenparekraf
Kegiatan pada hari Minggu (23/7/2023) merupakan kegiatan puncak tradisi masyarakat adat Dayak Deah. Sebelumnya, beberapa ritual yang dilakukan, di antaranya ritual Nyerah Ngemonta yang merupakan penyerahan hasil panen yang masih mentah dari masyarakat kepada pelaksana ritual. Kemudian diikuti dengan ritual Ngemonta, yakni ritual penyampaian hasil panen yang dilakukan oleh pemimpin ritual kepada Sang Pencipta dalam bentuk hasil panen yang masih mentah.
Sebagai informasi, Desa Liyu atau “Desa Wisata Liyu Maeh Wa Otau” merupakan sebuah Desa Wisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT) yang sangat kental dengan tradisi dan budaya Dayak Deah yang merupakan suku asli Pegunungan Meratus.
Terdapat beberapa jenis wisata dan potensi di Desa Liyu yang dikelola bersama Pokdarwis Rano Liyu, seperti Sungai Watu Badinding, Lewoyu Bahatn, Goa Telaga Dewa, Goa lihan, Air terjun, Sumber Air Panas dan lainnya.
Aktivitas yang bisa dilakukan di Desa Liyu juga beragam, mulai dari aktivitas seni budaya, pembuatan Kopi Liyu, Pasak Bumi, pembuatan baju dari Kulit Kayu, aktivitas minat khusus dan beragam aktivitas di alam yang di dukung dengan Selain alam dan budaya juga terdapat aneka souvenir, dan kuliner lokal Desa Liyu.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Kebangkitan Ekonomi dan Terbukanya Lapangan Kerja
Di hadapan Inspektur II Kemenparekraf RI, Kamal Rimosan dan Bupati Balangan Abdul Hadi sebelum pembukaan MPG-5 secara resmi pada Jumat (21/7/2023) lalu, Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik Gubernur Kalsel Sulkan mengatakan, tradisi Mesiwah Pare Gumboh adalah identitas suku Dayak Deah yang harus dijaga dan dilestarikan.
Tradisi ini bukan sekadar ritual adat atas hasil panen, melainkan terdapat prosesi yang mengandung pesan-pesan simbolis dan doa-doa yang bermakna bagi kehidupan. Sulkan juga berharap event seperti Mesiwah Pare Gumboh mampu memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat demi terwujudnya Kalsel maju, makmur, sejahtera, dan berkelanjutan.
”Mari bersama-sama kita lakukan pembenahan fasilitas wisata dengan kesadaran memelihara dan menjaganya dengan baik agar manfaat yang diperoleh dapat berkelanjutan,” katanya.
Selain Kepala Dinas Pariwisata Kalsel, Muhammad Syariduddin, pembukaan MPG-5 kemarin juga dihadiri Tim penilai Wana Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wahyudi, dan Community Relations Insight and Engagement Section Head, Fajerianur Mus’adi serta tim event daerah wilayah Kalimantan, Theresia Ria.(*)