Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Guna Melahirkan SDM Berkualitas, Generasi Muda Harus Paham Pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan angka stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi

Editor: Content Writer
zoom-in Guna Melahirkan SDM Berkualitas, Generasi Muda Harus Paham Pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan
istimewa
Diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Nutrisi 1000 Hari Pertama, Untuk Remaja Prima” Rabu (15/11). 

TRIBUNNEWS.COM – Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto mengungkapkan  generasi muda sedini mungkin harus memahami 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau HPK. Periode Emas 1000 HPK penting dipahami sebagai salah satu upaya untuk menekan angka gagal tumbuh pada anak atau stunting.

Hal ini disampaikannya  dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk “Nutrisi 1000 Hari Pertama, Untuk Remaja Prima” Rabu (15/11). Ia menjelaskan 1000 HPK adalah fase yang dimulai sejak masa kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari).

1.000 HPK penting untuk dijaga karena merupakan masa kritis di mana anak tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat dan signifikan. “1000 HPK tidak akan terulang dan tidak terjadi pada kelompok usia lain,” katanya. Dalam masa ini kebersihan lingkungan, pemenuhan nutrisi ibu dan anak, serta pola asuh orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. Jika tidak terpenuhi maka anak rentan terinfekasi dan kekurangan gizi hingga terganggu pertumbuhannya atau terkena stunting.

Menurut Marroli, anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. Anak yang terlahir stunting tidak hanya akan memiliki tubuh pendek, namun juga berisiko memiliki tingkat kecerdasan rendah, yang dapat menurunkan tingkat produktivitas sehingga tidak kompetitif. Selain itu, anak yang terlahir stunting di usia tua juga rentan memiliki penyakit komorbid seperti darah tinggi ataupun diabetes.Meskipun 1.000 HPK baru akan terjadi saat hamil, generasi muda atau calon pengantin (catin) sudah dapat mencegah stunting sejak dini dengan mengonsumsi makanan bergizi, menjalani diet sehat, mengonsumsi rutin Tablet Tambah Darah (TTD), serta menjaga kebersihan diri.

Baca juga: BKKBN: Wanita yang Melahirkan di Usia Terlalu Muda Bisa Sebabkan Anak Lahir Stunting

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, Mukhibatul Khusnah mengatakan Pemerintah Kabupaten Gresik terus mengampanyekan pencegahan stunting kepada masyarakat. Hasil pengamatan di lapangan sejak 2002 hingga 2023 mengungkapkan penyebab masalah stunting yang paling mendominasi di Kabupaten Gresik yakni pola makan dan pola asuh pada anak-anak terutama balita. “Kurang peduli, banyak orangtua belum memahami bagaimana cara memberi makanan yang baik pada anaknya” katanya.

Ia memberikan contoh, banyak orangtua terutama ibu-ibu pada saat memberi makan anak sambil menggunakan gawai. Selain itu banyak pula anak-anak yang hanya mau makan jika ditemani hiburan dari gawai. Variasi menu juga menjadi potensi masalah yang paling dominan untuk mencegah stunting. Menurut Khusnah, banyak orangtua yang belum paham kandungan dan nilai  gizi pada makanan. “Hasil pantauan memperlihatkan masih ada orangtua yang hanya memberi makan balita dengan nasi, kerupuk, dan kecap,” jelasnya.

Keberhasilan penurunan angka stunting di Gresik berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia menjadi 10,7 persen pada 2022 menurut Khusnah adalah berkat kerjasama semua elemen masyarakat sejak 2021. “Keberhasilan berkat kerjasama semua elemen masyarakat, mulai dari melibatkan institusi swasta hingga akademisi,” katanya. Remaja dan catin dalam hal ini adalah target utama kampanye pencegahan stunting di Gresik.

Berita Rekomendasi

Dokter yang juga influencer Gia Pratama Putra dalam acara tersebut menegaskan pentingnya catin memahami dan memperhatikan kualitas kesehatan. “Catin harus memiliki kualitas kesehatan prima agar menghasilkan kualitas bayi dalam kandungan yang bagus. Kualitas kesehatan anak ditentukan sejak anak ada dalam kandungan pada nol bulan hingga 1000 hari berikutnya saat pertumbuhan,”  jelas Gia.

Ia juga mengatakan pentingnya memperhatikan jumlah komposisi makro dan mikro nutrisi untuk tubuh. “Komposisi makro nutrisi masing-masing yakni karbohidrat, protein, dan lemak sehat harus seimbang,” jelasnya. Sedangkan untuk mikro nutrisi, Gia menyebut pentingnya memberi asupan vitamin dan mineral. “Vitamin ada di buah-buahan dan sinar matahari, sedangkan mineral ada di sayur mayur,” lanjutnya lagi.

Terkait gizi seimbang ia menyarankan masyarakat untuk mengikuti “Isi Piringku” yang merupakan panduan dari Kementerian Kesehatan untuk mengonsumsi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. "Isi Piringku" menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan angka stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. Genbest mendorong masyarakat, khusunya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik

Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Gresik merupakan bagian dari kampanye Genbest. Melalui kegiatan ini Kemenkominfo berharap masyarakat juga dapat berperan dalam penurunan angka stunting. “Kami harap masyarakat Kabupaten Gresik lebih aktif mencegah stunting melalui 3P. Pertama Peduli dengan sekitar, terutama kondisi kesehatan keluarga. Pahami, sebanyak mungkin informasi terkait stunting. Terakhir, Partisipasi, mari bersama-sama berperan aktif menyukseskan gerakan sadar stunting,” kata Marroli.*** 

Baca juga: Genbest Talk di Banjarmasin, Kemenkominfo Dorong Generasi Muda Paham Stunting Sejak Dini

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas