Jaminan Ketersediaan Bahan Pokok Harus Dibarengi Stabilitas Harga
Jaminan ketersediaan stok kebutuhan pokok mesti disertai dengan stabilitas harga untuk meredam kekhawatiran masyarakat.
Editor: Content Writer
Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bustanul Arifin berpendapat tantangan terberat pada 2024 ini adalah bagaimana kita mewujudkan kinerja ekonomi makro dan pertanian dengan baik.
Fenomena kenaikan harga bahan pokok jelang Ramadan dan Lebaran, ujar Bustanul, merupakan gambaran dari timpangnya antara pertumbuhan pertanian dan ekonomi kita.
Bila pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,05%, ujar Bustanul, pertumbuhan sektor pertanian nasional hanya 1,3%. Pengaruh El Nino, tegasnya, ikut menekan pertumbuhan sektor pertanian dan mengerek harga komoditas pertanian.
Menurut Bustanul harga beras yang terkerek naik tidak bisa hanya diatasi dengan impor semata, permasalahan di sektor distribusi juga harus segera diperbaiki.
Apalagi, tambah dia, negara eksportir beras seperti India menjelang Pemliu pada Mei mendatang pemerintahnya melarang ekspor beras untuk menahan harga beras di dalam negerinya tetap terjangkau.
Bustanul memperkirakan harga beras tidak akan kembali ke Rp12. 000 per kilogram, tetapi akan terjadi keseimbangan baru.
Pada kesempatan itu, wartawan senior, Saur Hutabarat berpendapat, dalam jangka pendek untuk kebutuhan Ramadan ketersediaan beras kemungkinan tidak ada masalah.
Namun, ujar Saur, untuk jangka panjang India dengan populasinya yang tumbuh 0,9% memiliki kewajiban di dalam negerinya untuk memperkuat pasokan pangannya.
Menurut Saur, Indonesia harus mempersiapkan diri dengan bijaksana, jangan sampai kebijakan di sektor pangan nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Apalagi, tegasnya, pemerintah ada rencana memberi makan gratis kepada masyarakat. "Harus dipikirkan berasnya dari mana?" pungkas Saur. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.