TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Datascrip memperkuat lini desain dan furniturnya dengan menambah jajaran produk-produk furnitur premium terbaru, yakni PIA Series dari Matsuso. Kehadiran label furnitur ternama asal Jepang tersebut di Indonesia merupakan kerjasama antara PT Datascrip dengan Otsuka International Design Center.

PIA Series yang mencakup coat hanger, rectangular table, rounded desk dan round table. Koleksi istimewa tersebut kini hadir di Showroom Datascrip Jakarta Design Center.

PIA Series mengusung gaya Art Nouveau yang merupakan seni klasik terkenal pada awal abad ke-20. Disimbolkan dengan burl (lihat boks), PIA Series merupakan salah satu lini produk eksklusif yang menggunakan material serta teknik terbaik untuk menghadirkan penampilan dan fungsi sempurna.

Adapun ciri khas produk-produk buatan Matsuso adalah dikerjakan oleh perajin yang handal dan terampil. Matsuso memiliki teknik pengetaman khusus yang dapat menghasilkan lekukan-lekukan indah pada furnitur. Desain tiga dimensi yang dihasilkan pun mampu menyaingi furnitur-furnitur Eropa.

Matsuso juga memiliki teknik pelitur tersendiri, yaitu pemelituran cermin (mirror polishing) yang dikenal dengan istilah Kyomen Migaki.

Teknik ini menjadikan permukaan kayu mengilap dan memberikan pantulan layaknya cermin. Selain menciptakan keindahan, teknik tersebut juga membuat furnitur tahan lama bahkan bisa digunakan hingga ratusan tahun.

Pengecatan berlapis dan berkualitas tinggi serta pemelituran yang dilakukan dalam lima tahap oleh Matsuso kian menonjolkan keindahan tekstur kayu dan menghadirkan akhir yang sempurna.

“Suatu kebanggaan bagi Datascrip untuk dapat menghadirkan koleksi PIA Series dari Matsuso di Indonesia," ,” ungkap Mary T. Oetomo, Division Director pt. Datascrip di Jakarta, Senin (28/10/2013).

Dikatakannya, mulai dari pemilihan material, pemotongan, pemahatan hingga pengecatan dan pemolesan produk dilakukan dengan sangat cermat oleh tangan-tangan perajin yang terampil. Kualitas tinggi dan eksklusivitas Matsuso bukan saja menghadirkan furnitur yang fungsional, melainkan juga artistik. (Eko Sutriyanto)