Anak Sulit Belajar? Biarkan Dia Bergerak
Jika anda menghadapi anak yang sulit belajar, coba perhatikan kebiasaanya.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika anda menghadapi anak yang sulit belajar, coba perhatikan kebiasaanya.
Jika hal-hal yang bersifat dua dimensi, seperti televisi dan permainan (games) di komputer atau telepon genggam, sudah pasti ini menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.
Gaya hidup anak ini menyebabkan mereka tidak terbiasa bermain di luar dan membuat kurang bergerak. Kurangnya gerakan baik di lingkungan sekolah maupun rumah berkontribusi terhadap besarnya kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak.
"Hasil penelitian University of Michigan di tahun 2006 mengungkapkan bahwa dengan menggunakan kedua tangan dan kaki secara bersamaan meningkatkan koneksi antara motor sensorik dan neokorteks juga mata dan otot inti yang sangat penting untuk proses belajar," kata Hanny Muchtar Darta, seorang Parenting Consultant dari Radani - EI Center di Jakarta belum lama ini.
Di samping itu, kesulitan belajar juga dipicu oleh stres, proses kelahiran dan kombinasi semua ini meningkatkan jumlah mereka yang kehilangan ritme untuk belajar padahal belajar diperlukan selama hidup.
"Para ahli memberikan label kepada anak-anak seperti ini dengan istilah ADD (Attention Deficit Disorder) atau ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder)," katanya.
Hanny mengatakan, sampai sekarang di Indonesia belum ada laporan jumlah kasus ADD/ADHD, namun sebagai perbandingan, Academic Pediatrics pernah mengulas tentang jumlah kasus ADHD pada anak-anak di Amerika di tahun 2010 yaitu mencapai 10,4 juta. Jumlah ini meningkat 66 persen dari tahun 2000 .
"Kesulitan belajar juga disebabkan oleh disleksia. Namun dengan penanganan yang tepat, anak-anak yang mengidap ADD, ADHD maupun disleksia dapat mengalami kemajuan dalam proses belajar," katanya.