Senyuman Anak Berpotensi Mengubah Dunia Menjadi Lebih Baik
ak perlu menunggu buah hati beranjak dewasa untuk menjadikannya seorang agent of change.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jakarta Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak perlu menunggu buah hati beranjak dewasa untuk menjadikannya seorang agent of change. Sejak duduk di bangku sekolah pun, mereka sudah bisa membawa perubahan pada komunitas atau bahkan dunia. Senyuman menjadi kuncinya.
Dalam jumpa pers Gerakan Sikat Gigi Bersama 200 Ribu Anak oleh Pepsodent, Kamis (20/3/2014) siang, Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo memaparkan makna dari senyuman anak.
Senyuman anak bisa mengindikasikan adanya emosi positif, berikut sebuah respons terhadap sesuatu yang menyenangkan. Senyuman juga menjadi bentuk komunikasi si kecil. "Selain itu, senyuman menjadi indikator penting dalam perkembangan keterampilan sosial anak," katanya.
Sejak lahir, anak sudah bisa tersenyum. Pada saat usai mereka satu bulan, senyuman mereka diidentifikasikan sebagai senyuman reflektif. Maksudnya senyuman tersebut hanyalah sebuah reflek, belum memiliki makna tertentu.
Saat si kecil beranjak usia empat hingga enam minggu, senyuman yang diberikan adalah social smile. Disebut demikian karena senyuman mereka sebagai sebuah respon sosial dari lingkungan sekitarnya.
Secara timbal balik, senyuman anak berdampak pada emosi dan perilaku orang di sekitarnya.
"Contoh sederhananya, setiba di rumah dari kantor, orang tua tiba-tiba tidak merasa lelah lagi ketika melihat buah hatinya tersenyum. Mereka pun ikut tersenyum ," ujarnya.
Ia menjelaskan saat seseorang tersenyum bagian otak yang mengatur emosi bahagianya diaktifkan. Di samping itu, senyuman turut mengurangi hormon pemicu stres dan meningkatkan hormon pembangkit mood serta menurunkan tekanan darah.
Pikiran pun menjadi lebih jernih. Tentu saja ini sangat memberi manfaat tersendiri bagi orang dewasa yang sedang mencari pemecahan masalah.
Untuk itu, pastikan si kecil memancarkan senyuman terbaiknya dengan gigi yang sehat, tidak berlubang. Bagi si kecil sendiri, senyuman akan memudahkan mereka bersosialisasi. Gigi yang sehat juga berarti mengurangi beban orang tua.
Dengan penjelasan tersebut bukan tidak mungkin bila seorang anak dapat mengubah perilaku orang di sekitarnya.
Teori ini dikuatkan lagi oleh Vera dengan beberapa faktor pendukung lainnya. Orang tua masa kini sudah mulai menghargai pendapat anak. Mereka takjub dengan kemampuan belajar anak yang lebih cepat. Tak seperti orang dewasa, anak juga mampu mengerjakan sesuatu dengan jelas, lebih praktis dan tidak teoritis.
Sudah banyak bukti yang menguatkan. Misalnya, di Nigeria, anak-anak telah membantu mengubah perilaku komunitasnya untuk lebih memerhatikan sanitasi dan higienitas mereka (WES Project - UNICEF di Nigeria [2003]).
Bukti lainnya, anak-anak di Mesir mampu mengubah pemahaman orang tua mereka tentang pencegahan penyakit menular.