Lemari Pakaian Juga Perlu Menjani Detoksifikasi Lho
Selain membuat isi lemari terlihat terorganisasi, membersihkan dan merapikan isi lemari pakaian juga membantu mengurangi kebiasan berbelanja
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Tak hanya tubuh, lemari pakaian Anda pun perlu menjalani "detoksifikasi". Selain membuat isi lemari terlihat terorganisasi, membersihkan dan merapikan isi lemari pakaian juga akan membantu Anda mengurangi kebiasan berbelanja yang impulsif.
Setelah mengobrak-abrik isi lemari, Anda tersadar bahwa sebetulnya Anda masih memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan. Anda pun bisa menghemat pengeluaran bukan?
Simak cara praktis "mendetoks" lemari pakaian Anda seperti dikutip Tribunnews.com dari Telegraph.co.uk.
1. Segala sesuatu yang tersimpan di lemari haruslah sesuai dengan kebutuhan Anda. Bukan hanya karena ukuran pakaian itu tidak pas lagi pasca Anda melahirkan. Aturan mainnya adalah eliminasilah pakaian yang sudah 18 bulan Anda tidak kenakan lagi. Bila sedang dalam masa transisi pascamelahirkan, berilah waktu 12 bulan untuk menunggu tubuh kembali ke ukuran sebelumnya.
2. Kelompokkan pakaian Anda sehingga semuanya terlihat jelas. Mengeluarkan seluruh pakaian dari lemari atau gudang, lalu menyortirnya sesuai model atau kelompok lainnya adalah cara terbaik untuk mengungkap seberapa banyak baju yang Anda miliki dan jarang terpakai.
Jangan kaget kalau Anda merasa selama ini menghambur-hamburkan uang untuk hal yang percuma. Sortir pakaian ke beberapa kelompok misal "simpan", "diperbaiki", "buang", "sumbang /jual".
3. Jika Anda tak dapat memutuskan, libatkanlah orang terdekat Anda. Mintai opininya, mana barang yang pantas disimpan atau sebaiknya disumbang atau dibuang. Pilih seseorang yang benar-benar Anda percayai opininya.
4. Sekarang Anda sudah memiliki gambaran jelas barang-barang yang tersimpan di lemari. Jika suatu saat ketika sedang cuci matal di mal, Anda terdorong untuk membeli sesuatu, pakaian atau kosmetik, yang kurang lebih sama model atau fungsinya, pertimbangkanlah dengan bijak.
Tanya pada diri Anda, "Dibandingkan dengan versi lainnya yang saya miliki, apa yang membuat barang ini benar-benar berbeda?" Jika benak berkata "nihil" perbedaan, maka ucapkan selamat tinggal kepada barang tersebut.
Pikirkan pula, "Keuntungan apa yang barang ini berikan untuk hidup saya jika saya memilikinya dalam jumlah banyak? lalu dengan jumlah itu, bagaimana saya memakainya?"
Jika Anda tak mampu menjawab atau bahkan terdorong untuk membelinya lebih lagi demi mencari jawabannya, tandanya barang itu memang tidak untuk Anda.