Ini Jadinya Kalau Oscar Lawalata Terpukau Misteri Tarian Bedoyo
Desainer Oscar Lawalata tiada hentinya menggali kekayaan budaya Indonesia untuk dijadikan inspirasinya.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Desainer Oscar Lawalata tiada hentinya menggali kekayaan budaya Indonesia untuk dijadikan inspirasinya.
Baru saja menyuguhkan busana bernuansa NTT di Bazaar Fashion Festival beberapa pekan lalu, Oscar kembali unjuk kebolehan dengan mengangkat budaya Jawa sebagai inspirasinya di Jakarta Fashion Week 2015, Rabu (5/11/2014) malam.
Mengusung tema "The Ceremony", Oscar memamerkan 48 set busana yang inspirasinya datang dari tarian Bedoyo Jawa.
Tema tersebut dipilihanya karena upacara (ceremony) adalah salah satu elemen terpenting dalam kebudayaan Indonesia.
Dari segala macam upacara, pria kelahiran Riau, 1September 1977, itu lalu memilih tarian Bedoyo sebagai inspirasi utamanya.
Oscar mengaku terpukau oleh misteri ningrat yang terefleksikan pada gerakan-gerakan tarian yang biasa dipentaskan di upacara penting itu.
"Setiap gerakannya yang lambat seperti menyiratkan filosofi yang indah," tuturnya.
Inspirasinya itu lalu dituangkan ke dalam pilihan dress ber-cutting simpel. Sepintas, busana terlihat seperti selembar kain yang hanya dililitkan di tubuh.
Menggunakan koleksi batik dari lininya, Lokchan dan Mongoloid, Oscar sengaja menghindari pengguntingan kain yang berlebih supaya keindahan batik tetap terjaga.
Peragaan dibuka oleh penampilan 10 model dalam balutan dress batik bernuansa emas yang didominasi garis leher one off shoulder.
Setelahnya, muncul pilihan dress bernuansa kehitaman yang dipercantik motif paraf hitam berkilauan. Kali ini garis leher lebih beragam, selain one off shoulder, ada pula halter neck, strapless, dan plunging neck.
Lalu hadir pilihan dress yang motifnya dibuat dengan teknik prada. Warna keemasannya menyumbangkan sentuhan kemewahan tersendiri pada koleksi ini.
Di JFW kali ini, putra pertama aktris Reggy Lawalata itu berkolaborasi dengan pusat kebudayaan Belanda Erasmus Huis yang menghadirkan desainer aksesori asal Belanda Mada van Gaans.
Untuk menyempurnakan koleksi Oscar malam itu, Mada menciptakan jajaran aksesori bernuansa Jawa yang hadir dalam gaya kekinian. Alih-alih bahan logam, Mada menggunakan bahan kulit berwarna hitam yang kian melengkapi sisi kemisteriusan koleksi hitam.
Sama seperti Oscar, Mada juga terpukau oleh kebudayaan Indonesia yang beragam, khususnya Jawa.
"Budaya ini menawarkan banyak keindahan tersendiri. Selalu ada saja dari budaya Jawa yang bisa saya jadikan inspirasi," ujar Mada yang telah mengenal kebudayaan Jawa sejak 19 tahun lalu itu.