Kecemasan pada Anak Efektif Bisa Diatasi dengan Terapi Keluarga
Kecemasan pada anak-anak bisa dicegah dengan terapi keluarga.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Kecemasan pada anak-anak bisa dicegah dengan terapi keluarga.
Sesi terapi yang melibatkan seluruh keluarga dapat membantu mencegah kecemasan pada mereka, terutama yang orangtuanya juga menderita gangguan kecemasan.
Pasalnya, kecemasan dalam keluarga cenderung menular.
Menurut sebuah studi terbaru, sesi terapi ini memungkinkan anak belajar bagaimana mengatasi kecemasan itu sendiri.
Studi ini melibatkan 136 keluarga ini, dengan setidaknya satu orangtua dan satu anak usia 6-13 dengan gangguan kecemasan.
Hasilnya, anak-anak yang keluarganya partisipatif memiliki kemungkinan kecemasan 9% persen (artinya mereka berpartisipasi dalam sesi selama setahun, dengan masing-masing sesi berlangsung selama dua jam); anak-anak keluarga yang hanya menerima pamflet memiliki kemungkinan 21%; sementara anak-anak dengan keluarga yang tidak menerima pamflet dan tidak partisipatif, memiliki kemungkinan 31%.
Gangguan kecemasan, menurut National Insitutes of Health, meliputi panik, fobia sosial, dan gangguan kecemasan umum. Sementara studi ini sendiri, tidak memfokuskan pada satu gangguan kecemasan saja.
Kecemasan dalam keluarga cenderung menular. Menurut pada peneliti, lebih dari 50% anak-anak yang memiliki orangtua dengan gangguan kecemasan juga berpontensi mengembangkan kecemasannya sendiri.
Meski demikian, orangtua yang memiliki gangguan kecemasan bukanlah satu-satunya penyebab anak mengalami kecemasan yang sama.
“Penyakit ini bersifat multidetermined, artinya tidak hanya ada satu faktor yang menyebabkan anak-anak mengalami gangguan kecemasan,” terang Golda Ginsburg, penulis utama studi dan profesor psikologi di University of Connecticut.
Pengalaman hidup seseorang dan temperamen bawaan juga dapat menyebabkan seorang anak mengalami gangguan kecemasan.
Misalnya, anak-anak yang tumbuh dengan banyak pengalaman negatif; atau mereka yang memiliki orangtua yang kerap memberi contoh secara tidak langsung, perilaku negatif; juga berpotensi untuk membuat anak-anak menjadi sosok yang pemurung dan gampang cemas.
“Intinya, anak-anak harus belajar untuk membedakan antara hal-hal yang benar-benar berbahaya, juga hal-hal yang baik,” tambah Jamie M Howard, psikolog klinis di Child Mind Institute di New York City.
Oleh karena itu peran keluarga sangat diutamakan.(*)