Ini Dia Busana Ramah Lingkungan pada JFW 2016
Mengusung tema "Beggining Ethical Fashion", para desainer bersama Kemeterian Perindustrian berupaya menghadirkan koleksi busana yang etis
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Regina Kunthi Rosary
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri tekstil merupakan kontributor emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di sektor industri.
Berangkat dari hal itu, Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan tiga desainer, yakni Restu Anggraini, Friederich Herman, dan Merdi Sihombing, mempersembahkan koleksi busana slow fashion yang berupaya mengedepankan kearifan lokal budaya Indonesia.
Mengusung tema "Beggining Ethical Fashion", para desainer bersama Kemeterian Perindustrian berupaya menghadirkan koleksi busana yang etis, tak hanya dari tampilan busananya, melainkan juga dari berbagai hal yang melatarbelakanginya.
Merdi Sihombing, dalam menciptakan berbagai busananya, berusaha sekaligus memberdayakan para pengrajin di belakangnya. Mengutamakan bahan-bahan alam yang tak lagi terpakai dan tak berpotensi mencemari lingkungan, pengerjaan karyanya didukung pula oleh para pengrajin kecil.
Apa yang dilakukan oleh Merdi serupa halnya dengan yang dikerjakan oleh Restu Anggraini. Selain berupaya memperhatikan kesejahteraan para pengrajin yang membantu mengerjakan koleksinya, ia juga berupaya menggunakan bahan kain yang ramah lingkungan.
Friederich Herman pun tak jauh berbeda. Ia berupaya memanusiakan para pengrajin dan menggunakan bahan ramah lingkungan dalam setiap rancangan busananya. Ia menegaskan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih busana karena seringkali busana yang murah dibuat oleh para pengrajin yang "membayar mahal".
Koleksi busana yang tergabung dalam "Beginning Ethical Fashion" diciptakan pula agar para konsumen cerdas dan tak lagi memilih fast fashion yang merugikan lingkungan maupun para pengrajin.