Sebastian Gunawan Gubah Karya Shakespeare Jadi Koleksi Busana Memesona
Tak hanya busana yang bernuansa hutan, seluruh ruang peragaan busana pun dirancang sedemikian rupa sehingga mirip hutan yang indah dan menawan.
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Robertus Rimawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Regina Kunthi Rosary
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karya Shakespeare, selain begitu digandrungi oleh para pencinta sastra, ternyata juga sukses menjadi inspirasi bagi terciptanya berbagai karya seni lain.
Dari karya Shakespeare berjudul A Midsummer Night's Dream, perancang busana ternama Indonesia, Sebastian Gunawan, menciptakan koleksi busana terbarunya.
Bersama sang istri, Cristina Panarese, laki-laki yang akrab disapa Seba itu 'melahirkan' delapan puluh busana yang tergabung dalam lini utamanya.
"Koleksi ini terinspirasi dari karya Shakespeare. Jadi, saat membaca ceritanya, saya dan Cristina membayangkan kejadiannya di hutan.
"Biasanya hutan itu dibayangkan seram atau kumuh, tapi ini indah, enchanted."
"Di hutan yang penuh misteri itu ada dua pasang manusia sedang jatuh cinta. Cinta mereka lalu membuat peri-peri hutan merasa tergoda," ujar Seba.
Seba menghadirkan gubahan cerita berlatar hutan tersebut dalam koleksi busana berbahan tipis, seperti sifon, organdi, sutra, taffeta, dengan riasan tekuk, tindas, dan lipat pada bahan tebal, seperti brokat tebal dan jacquard berpola rumit.
Busana pun dibuat sedemikian rupa dengan sentuhan berbagai keindahan yang terdapat di hutan, seperti tekstur mirip kulit dan serat kayu, kerlipan kristal mirip kumbang maupun kunang-kunang.
Selain itu ada ruffles yang diolah serupa dedaunan, teknik lipat dan susun yang menghasilkan bentuk seperti akar, dan juntaian rok panjang serupa angsa.
Berbagai warna pun dipilih Seba bukan tanpa maksud. Melalui warna, ia ingin menghadirkan suasana hutan berdasarkan waktu.
"Warna koleksi busana menggambarkan hutan dari pagi sampai malam. Awalnya putih, putih ke kuning, kuning ke silver, mulai jingga, ungu, lavender, kemudian dengan goresan biru, dan akhirnya hitam keungu-unguan yang menjadi malam," tutur Seba.
Keindahan dan eksotisme Marie Antoniette pada tahun 1780-an pun dengan cerdas dileburkan bersama glamoritas tahun 1950-an oleh Seba dalam koleksi bernuansa hutan itu.
Pengerjaan koleksi tersebut, diakui Seba, memakan waktu sekitar tujuh bulan.