Koleksi Busana Mangkasara Elvara Jandini Subyakto: Terinspirasi Keindahan Sulsel
Tak hanya menerjemahkan corak, motif dan ragam hias dari kain tenun Bugis, gaya busana khas setempat juga membuat Elvara jatuh hati.
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Regina Kunthi Rosary
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Creative director dan founder dari Label Tiga, Elvara Jandini Subyakto, melansir lini busana terkininya, EJS by Elvara Jandini Subyakto (EJS).
Tiga puluh koleksi busana Spring Summer 2016 diluncurkan pada pagelaran busana bertajuk Mangkasara di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (03/12/2015) lalu.
Perhelatan tersebut memberikan sebuah presentasi mode yang berbeda dengan balutan arahan seni visual pada layar oleh Jay Subyakto.
Mangkasara merupakan bentuk apresiasi Elvara terhadap kekayaan budaya bangsa yang telah digelutinya sejak pertama berkarir di industri mode, khususnya seni ikat celup (tie-dye) yang ada di berbagai wilayah tanah air dengan ciri khasnya masing-masing.
Pada koleksi ini, Elvara didukung oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Selatan yang bernaung dibawah Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan.
Dekranasda memfasilitasi Elvara dengan kain sutra Bugis putih polos yang berasal dari dua puluh empat daerah binaan Dekranasda Sulawesi Selatan.
Tak hanya menerjemahkan corak, motif dan ragam hias dari kain tenun Bugis, gaya busana khas setempat juga membuat Elvara jatuh hati.
"Saya sendiri senang dengan gaya baju Bodo dan ingin membuatnya lebih wearable," ujar Elvara.
Mangkasara merupakan interpretasi Elvara akan keindahan wastra Sulawesi Selatan.
Corak Balo Lobang atau kotak-kotak, corak Bombang atau zig-zag yang menggambarkan lautan, motif belah ketupat, motif Bulu Bulu (perbukitan), dan motif segi tiga atau Cobo ditransformasikan Elvara ke atas kain sutra putih yang berasal dari Sengkang, Wajo, melalui berbagai warna, yakni fuchsia, kuning, biru laut, oranye, dan ungu.
Baju Bodo dan sarung pun tidak diartikan secara harfiah olehnya, melainkan berwujud cropped, gombrong, berleher tinggi, atau menggunakan pola kotak dengan detail teknik moulage.
Gaya bersarung orang Makassar yang dibuat lipit kipas diterjemahkan menjadi gaun panjang berdetail lipit di bagian belakang.
Sarung juga menjelma menjadi berbagai rok dan celana berpinggang tinggi yang terinspirasi dari cara orang Makassar mengikat sarung tepat di ulu hati.
Tak hanya mengembangkan gaya busana perempuan, Elvara juga menggali inspirasi dari gaya berbusana pria Makassar tempo doeloe yang diwujudkannya dalam berbagai vest panjang dan jaket dengan dalaman kemeja putih organdi sutra.
Melalui koleksi ini, Elvara mengharapkan apresiasi pecinta mode tanah air terhadap kekayaan budaya bangsa akan semakin bertambah.