Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Cerita dan Alasan di Balik Keputusan Wanita Seniman ini Nikahi Sebuah Batu

Suami yang beruntung tersebut adalah sebuah batu besar di halaman belakang studio Perancis Emin.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Cerita dan Alasan di Balik Keputusan Wanita Seniman ini Nikahi Sebuah Batu
Kompas.com
Tracey Emin. 

TRIBUNNEWS.COM - Tidak banyak orang yang dapat mencapai tingkat kesuksesan Tracey Emin. Di usia muda, seniman wanita ini tergabung dalam kelompok Enfant Terrible yang terdiri dari Young British Artist.

Dengan berbagai karya-karya yang mengagetkan seperti My Bed, sebuah instalasi ranjang Emin yang kotor di mana dia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk berhubungan seks, merokok ganja, makan dan tidur; dan berbagai penampilan publik yang kontroversial, nama Emin pun melambung.

Kini, seniman ini kembali mengagetkan dunia dengan menikahi sebuah batu dan mendedikasikan “cinta”-nya melalui eksibisi Stone Love di galeri Lehman Maupin, New York.

Suami yang beruntung tersebut adalah sebuah batu besar di halaman belakang studio Perancis Emin.

Dalam wawancara untuk, Emin mengatakan bahwa pada suatu hari dia tidak sengaja menemukan sebuah cincin di gudangnya dan mengenakan cincin tersebut di jari manisnya.

Di Perancis, sebuah mitos mengatakan bila wanita yang belum menikah mengenakan cincin di jari tersebut, dia tidak akan pernah menikah. Jadi, Emin pun memutuskan untuk menikahi batu tersebut.

Bagi Emin, batu itu adalah simbol dari cinta yang tidak akan pernah pudar. Dia berkata, “Di sebuah bukit yang menghadap laut, ada sebuah batu tua yang sangat indah, dan dia tidak akan kemana-mana. Dia akan selalu berada di situ, menungguku.”

Berita Rekomendasi

Kini, dalam wawancaranya dengan The Cut, seniman berusia 52 tahun ini mengelaborasi lebih lanjut, “aku adalah orang yang berapi-api dan aku benar-benar mencintai batu tersebut, dan fakta bahwa tidak ada setitikpun kemungkinan untuk cinta yang mutual dalam hidupku tidak berarti bahwa aku harus berhenti mencintai.”

“Kebanyakan dari cintaku adalah sebuah proyeksi. Dan kadang, aku berpikir bahwa hal tersebut tidak nyata, dan kadang aku hanya merasa sangat bahagia untuk sendiri. Itu adalah sebuah metafor mengenai wanita sepertiku yang berpikir, ‘Kau tahu? Aku tidak masalah sendirian. Inilah caraku selamat. Inilah yang kulakukan. Dan aku tidak akan kompromi,” urainya.

Shierine Wangsa Wibawa/Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas