Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Serba Merah Saat Tahun Baru Imlek, Ternyata Ada Legenda Ini di Baliknya

Warna merah biasa digunakan untuk aksesori berupa lampion hingga busana pada perayaan Imlek.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Serba Merah Saat Tahun Baru Imlek, Ternyata Ada Legenda Ini di Baliknya
TRIBUN KALTIM/TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
DIHIASI LAMPION-Jelang tahun baru Imlek 2569,sejumlah lampion menghiasi Kelenteng Tian Ie Kiong, jalan Yos Sudarso Samarinda, Minggu (11/2/2018). Di tahun anjing, doa yang dipanjatkan supaya diberi kesehatan, usaha lancar. (TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO) 

TRIBUNNEWS.COM - Euforia Tahun Baru China atau Imlek sudah terasa beberapa hari sebelum 'hari H'.

Hal itu terlihat dari sudah banyaknya ornamen-ornamen warna merah menghiasi berbagai tempat umum, misalnya di mal atau taman.

Warna merah biasa digunakan untuk aksesori berupa lampion hingga busana pada perayaan Imlek.

Ternyata warna merah pada perayaan Imlek ini memiliki legenda.

Dilansir readerdiggest, kepopuleran warna merah bagi etnis Tionghoa ini berawal dari sebuah legenda Tiongkok tentang  Nian atau seekor binatang buas yang meneror penduduk di desa di Tahun Baru dan suka memangsa hasil perkebunan, ternak bahkan anak-anak.

Baca: Hore, Kartu Multi Trip Tak Cuma untuk Naik KRL Lo! Bakal Bisa Buat Bayar TransJakarta Juga

SAMBUT IMLEK --- Biokong, Vihara Nimmala, Boen San Bio, Kota Tangerang, sedang memasang 685 unit lampu lampion di plafon vihara yang merupakan salah satu cagar budaya di Kota Benteng ini, Jumat (2/2/2018). Menjelang perayaan Imlek, vihara yang didirikan tahun 1689 ini sedang sibuk bersolek mempercantik diri untuk menyambut umat yang datang untuk berdoa daan mengharap berkah. (WartaKota/Nur Ichsan)
SAMBUT IMLEK --- Biokong, Vihara Nimmala, Boen San Bio, Kota Tangerang, sedang memasang 685 unit lampu lampion di plafon vihara yang merupakan salah satu cagar budaya di Kota Benteng ini, Jumat (2/2/2018). Menjelang perayaan Imlek, vihara yang didirikan tahun 1689 ini sedang sibuk bersolek mempercantik diri untuk menyambut umat yang datang untuk berdoa daan mengharap berkah. (WartaKota/Nur Ichsan) (Warta Kota/Nur Ichsan (SAN))

Nian ini merupakan seekor banteng berkepala singa. Penduduk desa mengetahui bahwa Nian sangat takut pada api, kebisingan dan warna merah.

Berita Rekomendasi

Oleh karena itu, warga desa pun mampu mengalahkan makhluk ini, dan sejak saat itu pula, warga menganggap bahwa merah adalah warna keberuntungan.

Dilansir wikipedia, dalam mitologi Tionghoa, nian adalah sejenis mahluk buas yang hidup di dasar laut atau di gunung.

Pada musim semi atau sekitar tahun baru Imlek, nian keluar dari persembunyiannya untuk mengganggu manusia, terutama anak-anak. Nian tidak menyukai bunyi-bunyian ribut dan warna merah.

Oleh sebab itu dalam tradisi Imlek, warga Tionghoa mengenakan pakaian dan mendekorasi peralatan dengan warna merah.

Membakar petasan dan mementaskan tarian singa (barongsai) untuk menakut-nakuti nian.

Ada juga warga yang menempelkan Duilian di kertas merah untuk mencegah Nian agar tidak kembali.

Kata tahun dalam bahasa Tionghoa juga memiliki karakter yang sama dengan nama nian. Istilah untuk menyebut hari raya Imlek, guo nian uga berarti mengusir atau melewati nian.

Nian juga dilambangkan dalam tarian barongsai.

Tarian singa atau barongsai adalah tarian yang mempertunjukkan keahlian bela diri dan akrobat, diketahui banyak orang sebagai nian untuk wilayah Tiongkok Selatan.

Di Tiongkok Utara, disebut Rui Shi dianggap anjing Fu.

(Banjarmasin Post)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas