Kenapa Populasi Ladyboy di Thailand Cukup Banyak, Ini Jawabannya
Ladyboy adalah sebutan untuk pria yang berpakaian dan berperilaku seperti wanita, kita akrab menyebutnya waria.
Editor: Fajar Anjungroso
Thailand adalah negara Buddhis dengan 80 persen populasi mempraktekkan ajaran Buddha.
Keyakinan mereka entah bagaimana berkontribusi pada beberapa penjelasan ladyboy mengapa mereka ada.
Orang Thailand percaya roh tidak hanya bereinkarnasi, tapi mereka harus melalui surga atau neraka terlebih dahulu, tergantung pada kehidupan apa yang mereka jalani sebelumnya.
Hukuman yang sangat berat menanti mereka yang melakukan pembunuhan atau kejahatan mengerikan lainnya.
Sedangkan bagi mereka yang melakukan dosa kecil seperti prostitusi atau meninggalkan istri yang sedang hamil, akan dihukum dengan terlahir sebagai anak laki-laki yang nantinya akan menjadi anak perempuan.
Orang Thailand percaya bahwa ladyboy adalah orang berdosa, yang ingin menebus dosa-dosa mereka. Sehingga mereka perlu melakukan hal-hal baik di kehidupan keduanya.
Masyarakat Thailand memperlakukan mereka dengan belas kasihan, menganggap mereka telah melakukan dosa di kehidupan sebelumnya dan berusaha untuk menebus dosa-dosanya.
Meskipun begitu, ladyboy tetap mendapat pencerahan agar kembali ke jalan yang benar.
"Kami tidak bisa mengubah semuanya, tapi kami dapat mengendalikan perilaku mereka dan menunjukkan bahwa mereka dilahirkan sebagai pria dan bukan wanita," kata kata seorang bhiksu dalam wawancara untuk The Telegraph.
Beberapa biara menawarkan program khusus, di mana orangtua dapat mendaftarkan anak-anak mereka dan diajari bagaimana menjadi pria lagi.
Ladyboy semdiri hanya diperlakukan sebagai warga kelas dua di Thailand. Mereka tidak diintimidasi, tapi peran utamanya untuk menghibur orang lain.
Mereka bisa menjadi stylist, make up artist, dancer di salah satu kabaret, namun mendapatkan pekerjaan dengan gaji bagus mungkin sangat sulit bagi mereka.