Portal Dokter Gen Z, Sahabat Diskusi Kesehatan Reproduksi Remaja
Dokter Gen Z akan menyediakan berbagai informasi, mulai dari pendidikan kesehatan reproduksi, relasi dan hubungan yang sehat
Penulis: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter Gen Z, portal khusus informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja telah hadir di Indonesia dan bisa diakses di http://doktergenz.hipwee.com.
Dimotori oleh komunitas remaja terbesar di Indonesia Hipwee, yang didukung oleh John Hopkins University Centre for Communication Program serta para dokter dan psikolog, Dokter Gen Z bertujuan untuk memenuhi kebutuhan remaja, khususnya di Indonesia akan informasi kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif.
Dokter Gen Z akan menyediakan berbagai informasi, mulai dari pendidikan kesehatan reproduksi, relasi dan hubungan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari, hingga layanan konsultasi yang dipandu oleh dokter-dokter berpengalaman.
"Meski berdasarkan atas data dan penelitian ilmiah, konten dalam Dokter Gen Z akan dikemas dengan ringan dan fun dalam bentuk artikel, infografis, serta video yang mudah diakses dengan gadget dan sangat shareable,” kata Nendra Primonik Rengganis selaku CEO Hipwee saat peluncuran portal Gan Z di Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Selain peluncuran portal, Dokter Gen Z juga akan mengadakan roadshow seru ke sekolahsekolah
di banyak kota di Indonesia untuk bisa berinteraksi langsung dengan para remaja.
Saat peluncuran Dokter Gen Z dihadiri oleh Tasya Kamila, seorang public figure
yang menjadi contoh baik bagi remaja yakni menempuh pendidikan tinggi dan menikah di usia
25 tahun.
Baca: Menkes: Kesehatan Reproduksi Tak Lagi Tabu Bagi Remaja Gorontalo
“Sudah saatnya kita menghapuskan stigma tabu dari pendidikan kesehatan reproduksi dan
seksual untuk para remaja," katanya.
Tasya menyebut remaja berhak mendapatkan pendidikan serta informasi yang terpercaya dan user-friendly seputar gaya hidup dan kesehatan reproduksi.
Berbagai data menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi adalah salah satu permasalahan besar remaja Indonesia karena isu ini cukup sensitif berkenaan dengan nilai dan kepercayaan yang ada di masyarakat kita.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 menyebutkan bahwa 0,9% remaja perempuan dan 3,6 remaja laki-laki usia 15 - 19 tahun mengaku pernah melakukan hubungan seksual.
Meskipun terkesan kecil, namun jika dibandingkan dengan populasi remaja Indonesia yang mencapai 40 juta jiwa, angka ini besar dan mengkhawatirkan.
Tanpa memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi dan akses kontrasepsi, hal ini bisa berujung pada terjadinya kehamilan tidak diinginkan.
Secara global sebesar 19% remaja di negara berkembang mengalami kehamilan sebelum usia 18 tahun.
Kehamilan remaja tentu berdampak besar pada sang remaja itu sendiri, keluarga dan anak yang
dikandungnya. Kehamilan berisiko tinggi, aborsi yang tidak aman, kegagalan pencapaian masa
depan, penelantaran anak, berbagai masalah gangguan jiwa adalah hal yang mungkin dihadapi
seorang remaja yang hamil.
Hotline aborsi oleh Samsara di Indonesia menunjukan 30% kliennya berusia 18-24 tahun dan
51.2% berstatus tidak menikah.