Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Luna Maya Sedih Setelah Sang Mantan Nikahi Syahrini? Peneliti:Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian

Melalui unggahan instagram story-nya beberapa waktu lalu, Luna seolah mengungkapkan kesedihan ketika mencintai seseorang.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Luna Maya Sedih Setelah Sang Mantan Nikahi Syahrini? Peneliti:Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian
instagram/luna_maya/reinobarack/princessyahrini
Reino Barack, Luna Maya, dan Syahrini 

Meskipun seringkali istilah patah hati hanya menjadi kiasan atau lelucon belaka, tetapi siapa sangka bila faktanya istilah ini bisa menimbulkan komplikasi yang mematikan.

Sindrom patah hati atau dalam ilmiahnya sindrom takotsubo adalah kondisi di mana ventrikel jantung kiri membesar dan melemah sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan normal.

Kondisi ini sering dipicu oleh tekanan emosional, misalnya seperti perpisahan dengan pasangan atau kematian seseorang yang dicintai.

Meski begitu, ada pula yang dipicu oleh kondisi fisik, misalnya serangan asma.

Pada umumnya patah hati dapat pulih dengan sendirinya, tetapi pada beberapa orang lainnya hal ini membutuhkan perhatian medis secepat mungkin.

Terlebih lagi, sebuah studi yang dilakukan Rumah Sakit Universitas Zurich di Swiss menyatakan, bahwa angka risiko kematian bagi pasien sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik terhitung tinggi meski setelah bertahun-tahun dinyatakan sembuh.

Baca: Imam Besar Masjid Istiqlal Ceritakan Proses Pernikahan Syahrini dan Reino Barack

Hampir 24 persen pasien di rumah sakit dengan komplikasi syok kardiogenik meninggal dunia, dibandingkan dengan hanya 2 persen pasien sindrom patah hati tanpa syok kardiogenik.

Berita Rekomendasi

Bahkan, lima tahun pasca dinyatakan sembuh, tingkat kematian pasien dengan sindrom patah hati dengan syok kardiogenetik sekitar 40 persen, dibandingkan dengan 10 persen untuk pasien yang tidak mengalami syok kardiogenik.

"Di luar tingginya kematian jangka pendek akibat sindrom ini, untuk pertama kalinya analisis ini menemukan orang-orang yang mengalami sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik berisiko tinggi untuk meninggal beberapa tahun kemudian," ujar Christian Templin yang temuannya akan diterbitkan dalam jurnal Circulation.

"Ini menunjukkan pentingnya pantauan jangka panjang terutama pada pasien sindrom ini," tambahnya.

Pada dasarnya, gejala sindrom patah hati menyerupai dengan serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Namun bedanya, pada sindrom patah hati tidak ada penyumbatan pembuluh darah jantung dan biasanya pasien dinyatakan sembuh total dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah perawatan.

Sayangnya menurut penelitian terbaru, sekitar 1 dari 10 pasien dengan sindrom patah hati mengalami komplikasi syok kardiogenik.

Komplikasi ini mengancam nyawa pasiennya karena jantung mereka secara tiba-tiba tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Halaman
123
Sumber: Nakita
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas