Sejarah Berkirim Kartu Natal, Siapa yang Memulainya?
Saling mengirim kartu Natal sudah menjadi kebiasaan umat Kristiani di seluruh dunia. Bahkan mungkin kebiasaan itu berlangsung hingga saat ini.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Saling mengirim kartu Natal sudah menjadi kebiasaan umat Kristiani di seluruh dunia.
Bahkan mungkin kebiasaan itu berlangsung hingga saat ini, meski sudah memasuki era digital: mengucapkan selamat Natal bisa lewat pesan singkat atau Whatsapp.
Kapan, di mana, dan bagaimana kebiasaan mengirim kartu Natal itu dimulai? Siapa pula yang memulainya?
Kebiasaan mengirim kartu Natal dimulai di Inggris pada 1843. Sir Henry Cole, seorang pegawai negeri senior, adalah yang pertama kali melakukannya.
Baca: Cara Membuat Kartu Ucapan Natal Online, Murah Meriah dan Anti Ribet!
Cole membuat kartu Natal ini bersama dengan temannya, John Horsley, yang merupakan seorang seniman.
Mereka mendesain sendiri kartu Natal pertama tersebut dan menjualnya seharga 1 shilling. Cole ingin orang-orang juga bisa saling mengirim ucapan Natal melalui kartu itu.
Kartu Natal Cole ini memiliki tiga panel. Dua panel terluarnya menunjukkan gambar orang-orang yang mengasihi fakir miskin. Sementara, panel pusatnya memperlihatkan sebuah keluarga yang sedang mengonsumsi hidangan Natal.
Baca: Bakar Batu hingga Rabo-rabo, Ini 7 Tradisi Unik Perayaan Natal di Berbagai Daerah di Indonesia
Beberapa orang tidak menyukai desain kartu tersebut. Sebab, ada gambar yang memperlihatkan seorang ibu memberikan wine kepada anaknya yang masih kecil. Meskipun begitu, sekitar 1000 kartu berhasil terjual.
Saat ini, kartu Natal pertama dari Cole tersebut sudah langka dan harganya pun sangat mahal.
Semakin berkembang
Tidak hanya di Inggris, sebenarnya kartu Natal juga berkembang di Amerika Serikat pada akhir 1840. Sayangnya, harga kartu Natal tersebut sangat mahal sehingga banyak orang yang tidak mampu membelinya.
Ketika sistem percetakan semakin berkembang pada 1860, kartu Natal menjadi sangat populer dan diproduksi dalam jumlah banyak.
Pada 1870, biaya untuk mengirim kartu pos – termasuk kartu ucapan Natal – turun menjadi setengah sen. Ini artinya, semakin banyak orang yang bisa mengirim kartu tanpa terhalang biaya.
Di 1875, Louis Prang, tukang cetak asal Jerman yang tinggal di Inggris, mulai memproduksi kartu ucapan secara massal sehingga semakin banyak orang yang bisa memilikinya.