Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Kisah Haru Wisudawan Terbaik soal Pendidikan di Tanah Papua, Hanya Miliki Satu Guru & Buku Terbatas

Kisah dari dari wisudawan terbaik soal pendidikan di tanah Papua. Hanya miliki satu guru dan buku yang terbatas.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Kisah Haru Wisudawan Terbaik soal Pendidikan di Tanah Papua, Hanya Miliki Satu Guru & Buku Terbatas
Tribunnews/Istimewa
Kisah dari dari wisudawan terbaik soal pendidikan di tanah Papua. Hanya miliki satu guru dan buku yang terbatas. 

"Saya salah satu anak dari pedalaman Papua yang bisa mendapat kesempatan untuk bersekolah di Jayapura."

"Lalu saya dapat beasiswa lagi ke Jakarta," ungkap Neas.

Baca: Faktor Pendidikan Dinilai Hambat Kemajuan SDM di Papua

Di kampung halamannya, di dasa Tangma Kabupaten Yahukimo, Wamena, sulit mendapatkan listrik dan sinyal.

Bahkan, keluarganya baru mengetahui kabar Neas ke Jakarta setelah dua tahun dirinya berkuliah.

"Waktu saya kuliah ke Jakarta orang tua saya tidak tahu, karena di kampung saya tidak ada listrik dan sinyal."

"Baru sekitar dua tahun sejak saya kuliah mereka baru tahu," tuturnya.

Kondisi pendidikan di Papua dari cerita Neas Wanimbo. Hanya memiliki satu guru saat sekolah dan sulit memiliki buku untuk dibaca.
Kondisi pendidikan di Papua dari cerita Neas Wanimbo. Hanya memiliki satu guru saat sekolah dan sulit memiliki buku untuk dibaca. (Tribunnews/Istimewa/Neas)

Neas pun menceritakan pengalaman saat bersekolah di kampung halamannya.

Berita Rekomendasi

Ia mengaku hanya memiliki satu guru saat sekolah dan tidak memiliki buku untuk dibaca.

"Waktu saya SD, kami hanya memiliki satu guru disana dan tidak memiliki buku untuk dibaca."

"Karena kondisi kami di pedalaman, jadi kondisi semuanya serba sederhana dan tidak lengkap (fasilitasnya, red)," jelasnya.

Baca: Penerapan Otonomi Khusus Kurang Tepat Sasaran Akibatkan Masyarakat Papua Tidak Kunjung Sejahtera

Oleh karena itu, dirinya jarang sekali menghubungi keluarganya di kampung.

Namun, saat ini di kampung halamannya sudah ada sinyal.

Meski harus menaiki pegunungan di Wamena terlebih dahulu.

"Sekarang mama bisa telepon saya tapi dia naik gunung dulu."

"Saya jarang sekali telepon, tapi mereka yakin saya akan sehat-sehat dan menjalani semuanya dengan baik, saya yakin mereka suport," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas