Kerap Disajikan Saat Awal Muharam, Banyak Makna di Balik Bubur Merah Putih, Yuk Dicoba Resepnya
Bubur merah putih salah satu makanan yang dihidangkan untuk acara syukuran bagi masyarakat Jawa, misalnya syukuran kelahiran anak dan Tahun Baru Islam
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Bubur merah putih jadi salah satu sajian yang kerap ditemui di banyak perayaan masyarakat Jawa. Salah satunya perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.
Kehadiran bubur merah putih dalam berbagai perayaan adalah sebagai sesaji.
Menurut sejarawan Heri Priyatmoko, sesaji memang jadi salah satu tradisi dalam perayaan atau selamatan yang dilakukan masyarakat Jawa.
“Sesaji itu sarana untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan hal-hal penangkal bala kepada Gusti Allah atau Tuhan. Jadi tidak bisa dimaknai sebagai klenik,” ujar Heri dikutip dari Kompas.com, Selasa (11/8/2020).
“Jadi mereka percaya pada Tuhan tapi dengan cara itu tadi, menyajikan aneka sesaji. Salah satunya bubur merah putih,” lanjutnya.
Baca: Resep Bubur Suro dan Soto Betawi, Cocok Disajikan untuk Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H
Baca: Jokowi: Sambut Tahun Baru Islam dengan Menegaskan Kembali Tekad Untuk Berhijrah
Erat dengan kehidupan awal manusia
Sejarah bubur merah putih ternyata bisa ditarik jauh hingga masa pra-Islam, tepatnya di era Hindu. Bubur merah putih, kata Heri, bahkan sudah ada sebelum masa Serat Centhini.
Keberadaan bubur pada era Hindu ini tercatat bahkan pada prasasti. Itu dibuktikan, kata Heri, lewat adanya catatan tentang cara mengolah jenang atau bubur.
Jenang dianggap jadi makanan yang erat dengan kehidupan manusia yang paling awal. Pasalnya, jenang atau bubur jadi makanan pertama yang dikonsumsi oleh manusia ketika masih bayi. Bahkan sebelum nasi.
“Kemudian kok bisa masuk ke dalam wilayah religi dan ritual? Karena makanan itu bisa hadir bukan hanya pada kepentingan sehari-hari tapi kepentingan religi juga sama,” kata Heri.
Makna bubur merah putih
Sebagai sebuah sesaji, bubur merah putih membawa makna tertentu yang terdapat pada warnanya yang unik.
Warna merah pada bubur merah putih, kata Heri, jadi simbol indung telur. Sementara warna putih menjadi simbol dari sperma.
Kedua warna tersebut jadi representasi perempuan dan laki-laki dalam kehidupan. Tak itu saja, bubur merah putih juga bisa diartikan sebagai simbol kehidupan baru.
Ritual memasak dan pendamping sesaji
Sebagai sebuah sesajen, bubur merah putih juga memiliki beberapa ritual khusus yang harus dilakukan kala membuat bubur merah putih.
Salah satunya adalah sang pembuat bubur merah putih harus dalam keadaan bersih dan suci. Dalam hal ini misalnya, tidak boleh sedang dalam keadaan datang bulan.
Baca: Bubur Suro, Sajian Khas Tahun Baru Islam yang Tiap Lauknya Mengandung Makna
Baca: 5 Menu Sarapan Enak di Tasikmalaya, Ada Bubur Ayam hingga Kupat Tahu