Tantangan Atasi Masalah Kesehatan Mental di Masa Pandemi, Minimnya Interaksi dan Terbatasnya Akses
Sekira satu miliar orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Demikian catatan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO).
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Sekira satu miliar orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Demikian catatan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO).
Bahkan, menurut rilis WHO dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia, Sabtu (10/10/2020), 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penggunaan alkohol dan setiap 40 detik satu orang meninggal karena bunuh diri.
Ditambah lagi pandemi covid-19 memberi dampak luar biasa bagi sendi kehidupan.
Kesulitan yang diakibatkannya membuat orang terancam masalah kesehatan mental.
Namun demikian, di seluruh dunia, orang yang memiliki akses layanan kesehatan mental relatif sedikit.
WHO mencatat negara dengan penghasilan rendah dan menengah, lebih dari 75 persen orang dengan gangguan mental, neurologis dan penyalahgunaan zat tidak menerima pengobatan yang sesuai kondisi mereka.
Selama Lockdown, Studi Jelaskan Akses perawatan terbatas Akses terbatas ke perawatan kesehatan mental yang berkualitas dan terjangkau di dunia sebelum pandemi.
Baca: Marshanda Sampaikan Pesan Mendalam di Hari Kesehatan Mental Dunia
Baca: Bagaimana Pola Makan Vegetarian Bantu Masalah Kesehatan Mental?
Terutama dalam keadaan darurat kemanusiaan dan pengaturan konflik, semakin berkurang karena Covid-19, sebab pandemi telah mengganggu layanan kesehatan di seluruh dunia.
Penyebab utama terbatasnya akses perawatan bagi mereka yang memiliki gangguan mental adalah infeksi dan risiko infeksi di fasilitas jangka panjang seperti panti jompo dan lembaga psikiatri.
Selain itu penyebab lainnya, hambatan untuk bertemu orang secara langsung, staf kesehatan mental terinfeksi virus, dan penutupan fasilitas kesehatan mental untuk mengubahnya menjadi fasilitas perawatan bagi penderita Covid-19.
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, WHO bersama dengan United for Global Mental Health dan World Federation for Mental Health menyerukan peningkatan investasi kesehatan mental.
Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah kesempatan bagi dunia untuk berkumpul dan mulai memperbaiki pengabaian kesehatan mental.
"Kami sudah melihat konsekuensi pandemi Covid-19 pada kesejahteraan mental masyarakat, dan ini baru permulaan. Kecuali jika kita membuat komitmen serius untuk meningkatkan investasi dalam kesehatan mental saat ini, konsekuensi kesehatan, sosial, dan ekonomi akan berdampak luas," kata Tedros.
Baca: 10 Manfaat Tidur Siang, Merasa Bahagia hingga Menghilangkan Gangguan Mental
Terganggunya layanan kesehatan, banyak negara menemukan cara inovatif untuk memberikan perawatan kesehatan mental, bahkan inisiatif dukungan untuk memperkuat psikososial mulai bermunculan.
Di tengah pandemi Covid-19, kampanye Hari Kesehatan Mental Sedunia menawarkan peluang secara online untuk melakukan sesuatu yang menguatkan hidup, bagi orang-orang yang hidup dengan gangguan mental.
Dr Ingrid Daniels, Presiden Federasi Kesehatan Mental Dunia mengatakan sudah hampir 30 tahun sejak Hari Kesehatan Mental Sedunia pertama kali diluncurkan oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia.
"Selama itu, kami telah melihat peningkatan keterbukaan untuk berbicara tentang kesehatan mental di banyak negara di dunia," kata Dr Daniels.
Namun, saat ini tindakan yang harus dilakukan saat ini adalah dengan membangun sistem kesehatan mental yang sesuai dan relevan untuk dunia, baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Atasi perasaan tertekan di masa pandemi
Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sebab perayaan tersebut berada di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang telah mengubah seluruh kebiasaan hidup kita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam rilisnya menyambut Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diselenggarakan setiap tanggal 10 Oktober ini, mengungkapkan kesehatan mental masih banyak diabaikan.
Padahal, tidak sedikit orang di dunia, sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan mental atau gangguan psikologis.
Seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (15/5/2020), menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah Bintaro, dr Leonardi Goenawan SpKJ, setidaknya ada tiga tahapan psikologis selama pandemi Covid-19 yang dapat dialami setiap individu.
Antara lain adalah perubahan berbagai pola hidup, kebingungan dan ketidakpastian, hingga akhirnya sampai pada tahap penerimaan atau menerima tanpa syarat terhadap kondisi yang ada kaitannya dengan pandemi ini.
"Namun, tidak semua orang memiliki ketangguhan yang sama untuk mencapai tahap penerimaan. Seseorang yang biasanya mudah tertekan, akan merasakan dampak pandemi ini lebih berat," kata Leonardi kepada Kompas.com, Senin (13/5/2020).
Berikut ada lima saran psikologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa tertekan akibat pandemi Covid-19 saat ini:
1. Memahami fakta Covid-19
Kondisi saat ini memang tidak bisa diperkirakan kapan selesai, dikarenakan angka positif Covid-19 selalu naik, serta banyaknya berita dan informasi palsu tentang Covid-19 yang membuat Anda merasa semakin risau.
Maka, menurut Leo, kita perlu memahami fakta yang akurat mengenai Covid-19 sehingga membuat Anda terhindar dari stres berlebihan.
2. Tetap terhubung dengan orang lain
Banyak dari Anda mungkin tidak bisa pulang bertemu dengan keluarga dan saat ini mungkin sebagian besar masih tinggal di tanah rantau dan sendirian di kamar kosan.
Leo mengingatkan untuk tetap berkomunikasi dan terhubung dengan orang lain.
"Dengan berbicara pada orang lain, akan meringankan separuh dari beban Anda," ucap dia. Sayangi dirimu, karena kamu berharga dan hal yang bisa dilakukan adalah saling bercerita lewat telfon atau video call untuk saat ini.
3. Lakukan aktivitas yang disukai
Melakukan aktivitas yang disukai adalah hal yang cukup baik untuk dilakukan selama masa pandemi ini, sehingga Anda bisa memberikan waktu kepada diri sendiri untuk bersantai.
Sudah ada penelitian yang memperlihatkan hubungan resiprokal atau terbalik antara stres dan aktivitas fisik.
"Semakin rutin melakukan aktivitas fisik maka semakin rendah tingkat stres yang dimiliki," tuturnya.
Selama Lockdown, Studi Jelaskan Kardar hormon stress seperti adrenalin dan kortisol dalam tubuh bisa dihilangkan lewat aktivitas fisik dan olahraga, hal ini sudah terbukti efektif untuk menejemen stress.
Ketika Anda melakukan olahrga maka pada saat yang sama akan ada produksi endorfin yang mememberikan rasa relaks dan optimiseme saat berolahrga rutin.
Endorfin adalah bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda rasa sakit.
4. Menjaga imun tubuh
Memelihara kesehatan dengan selalu menjaga imun tubuh sangat penting. Leo menyarankan agar selalu memelihara kesehatan tubuh, baik dengan olahraga maupun makan makanan sehat.
"Makan makanan yang sehat dan berimbang, dan berolahraga secara teratur juga tidur dengan waktu yang cukup," kata dia.
5. Mengurangi konsumsi berita Covid-19
Memberikan waktu untuk beristirahat dari menonton, membaca, mendengarkan berita, termasuk media sosial bisa mengurangi stress untuk menjaga kesehatan mental.
Dr Leonardi mengingatkan untuk mengurangi mencari informasi tentang pandemi Covid-19, karena ketika terus mendengarkan berulang kali bisa membuat Anda hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hari Kesehatan Mental Sedunia, Ini 5 Saran Psikologis Hadapi Pandemi Covid-19 dan Hari Kesehatan Mental Sedunia, WHO Sebut 1 Miliar Orang Hidup dengan Gangguan Mental