Masalah Kesehatan Akibat Kebiasaan Tertidur di Depan TV yang Masih Menyala
Mendengar suara TV sebagai latar belakang saat kita akan tertidur memang membuat nyaman. Namun, itu bisa jadi penyebab masalah tidur.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Sebagian orang punya kebiasaan tertidur di depan TV sebelum menyelesaikan film yang ditonton.
Menurut National Sleep Foundation, dua pertiga orang dewasa di seluruh dunia tertidur di depan televisi mereka.
Mendengar suara TV sebagai latar belakang saat kita akan tertidur memang membuat nyaman.
Kebisingan, alur cerita , dan rasa kebersamaan dapat membantu menenangkan banyak orang hingga mereka tertidur.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Lavender untuk Atasi Insomnia, Stress, serta Sakit Kepala
Kebiasaan ini tampak tak berbahaya. Namun rupanya, hal ini menjadi penyebab sejumlah masalah tidur, yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas dan kuantitas tidur kita.
Menyalakan TV sebelum tidur dapat mendorong kita untuk begadang lebih lama dari biasanya.
Terlebih jika penasaran dengan kisah drama favorit yang membuat kita ingin menyaksikan satu eposide lagi, hingga akhirnya waktu tidur pun mundur.
Selain itu, jenis tayangan yang ditonton sebelum tidur juga dapat memengaruhi kualitas tidur.
Tertidur setelah menyaksikan adegan kekerasan atau ketegangan dapat menimbulkan perasaan cemas atau tidak nyaman, yang mengakibatkan sulit untuk tidur.
Terakhir, dan yang paling menonjol adalah cahaya yang terang, juga disebut cahaya biru, dari TV memengaruhi kualitas tidur dengan mengganggu ritme sirkadian alami tubuh.
Baca juga: Bagaimana Meditasi Mampu Mengatasi Insomnia?
Ketika kita mengantuk dan merasa sudah waktunya untuk tidur, tubuh mulai memproduksi melatonin.
Melatonin adalah hormon yang dibuat di otak dan tujuannya adalah membantu tertidur.
Produksi melatonin meningkat pada sore hari dan malam hari dan mulai menurun di pagi hari saat matahari terbit dan tubuh akan merasakan hampir waktunya untuk bangun.
Cahaya biru yang dihasilkan oleh TV akan mengganggu produksi melatonin tubuh, dan mengelabui otak agar berpikir bahwa sebenarnya belum waktunya untuk tidur.