Cuitan Larang Tanya Jenis Kelamin Bayi Baru Lahir Saat Menjenguk Ramai di Twitter, Ini Kata Psikolog
Dalam cuitannya, akun ini meminta masyarakat agar tak lagi menanyakan jenis kelamin pada bayi yang baru lahir. Ini kata psikolog.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Sri Juliati
Adib mengatakan, terkadang pengalaman masa lalu juga dapat membuat seseorang merasa minder.
Perasaan seperti ini bisa dikarenakan seseorang pernah mengalami diskriminasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan gender.
"Mungkin yang membuat status merasa mendapatkan diskriminasi dari saudaranya."
"Sebenarnya sistem patriarki sudah usang, karena ini sudah zamannya emansipasi."
"Di mana anak laki-laki dan perempuan memiliki status, hak yang setara," jelas Adib.
Adib menjelaskan, banyak faktor yang mengakibatkan kondisi sesorang merasa mendapatkan diskrimasi dari orang sekitar.
Hal ini yang membuat seseorang sangat sensitif terhadap pembicaraan yang berkaitan dengan gender.
"Korban diskriminasi juga sering kali sulit move on dari peristiwa sepele yang membuatnya tersinggung," ujar Adib.
Faktor Seseorang Merasa Sensitif
Psikolog dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia (YPPI) ini juga menjelaskan, ada banyak faktor yang membuat seseorang merasa sensitif terhadap pertanyaan tersebut.
Selain mendapatkan perlakuan diskriminasi, ia mungkin juga merasa mendapatkan tekanan dari orang-orang sekitar.
"Bisa jadi,mungkin kakek nenek, suami atau mertua berharap mendapatkan bayi laki-laki. Namun yang didapat bayi perempuan."
"Sehingga membuat sang ibu mengalami kasus diskriminasi jadi minder atau merasa bersalah."
"Atau seolah-seolah suami kurang menghargai istri karena jenis kelamin sang bayi," kata dia.