Sambut Hari Hutan Internasional, Ini 5 Pelajaran Hidup dari Alam Ala Val dan Vero
Menyambut Hari Hutan Internasional yang diperingati setiap 21 Maret, Val, Vero, dan Tian berbagi pelajaran hidup dari alam kepada Anda.
Editor: Tiara Shelavie
2. Manusia perlu turun tangan membantu alam
Saat ini Val dan Vero sedang berkampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa masalah banjir harus diselesaikan sampai ke akarnya.
Bukan sekadar naturalisasi sungai atau membuang sampah pada tempatnya, karena solusi tersebut tidak menyelesaikan masalah secara menyeluruh.
Menurut keduanya, yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (Val dari jurusan Bioengineering dan Vero dari jurusan Mikrobiologi), yang paling bisa menangkal banjir adalah akar pohon. Karena itu, mereka mengajak masyarakat untuk mengadopsi bibit pohon melalui https://lindungihutan.com/valerieveronikatwns.
“Kami ingin sekali mengajak teman-teman untuk bantu menjaga hutan bertepatan dengan Hari Hutan Internasional ini. Bukan hanya menikmatinya, tetapi juga berkontribusi untuk pelestarian hutan yang sangat penting untuk kita dan semua makhluk hidup di hutan. Jangan take it for granted. Kita harus berkontribusi. Semua orang bisa, kok, berkontribusi, sekecil apa pun,” kata Vero.
Tian menanggapi, di masa mendatang apa yang dilakukan Val dan Vero sangat berarti bagi hutan. “Ketika nantinya bibit-bibit itu tumbuh menjadi pohon-pohon besar, dan kemudian hutan menjadi lebat, hutan itu akan menampakkan pesonanya. Saat sesuatu memiliki pesona, pasti, kan, akan kita jaga agar pesona itu tidak hilang,” kata Tian.
3. Traveling ke hutan berarti membantu komunitas sekitar
Masyarakat urban bisa membantu pelestarian hutan dengan aksi nyata yang menyenangkan, yaitu traveling.
Pilihan traveling cukup beragam, salah satunya ekowisata. Selain melihat langsung kehidupan satwa, misalnya orang utan, kita juga bisa meninggalkan jejak yang baik.
“Jejak itu berupa kesejahteraan masyarakat setempat. Kita bisa tinggal di rumah masyarakat setempat dalam program homestay, membeli makanan dan minuman di sana, menggunakan jasa porter dari warga desa, atau membeli suvenir buatan mereka,” kata Tian, menguraikan.
Val dan Vero bercerita, “Selain bisa mengenal alam lebih jauh lagi, kita juga bisa membantu masyarakat sekitar. Kami lebih suka mengunjungi taman nasional atau pusat konservasi daripada kebun binatang. Karena, wildlife kebun binatang tidak seperti di habitat aslinya.”
4. Hutan kita penuh pesona
Beberapa kali naik gunung bareng, Val dan Vero sangat terkesan akan keindahan lereng Gunung Semeru, tepatnya area Ranu Kumbolo.
“Bagus sekali! Kami dan banyak pendaki lain berfoto di sana. Mau banget rasanya kembali ke sana. Belakangan ini kami juga senang foto-foto di air terjun,” kata mereka.