Demi Lemon Peras, Toto Riyanto Wahyu Tinggalkan Pekerjaan Bergaji besar, Kini Sukses Jadi Pengusaha
Terjun ke dunia bisnis perlu tekad dan keberanian mengambil risiko. Owner Lemonwati, Toto Riyanto Wahyu misalnya.
Editor: Willem Jonata
Lagi-lagi bisnis yang sedang ngetren mulai melambat, Toto dan istri mulai mencium peluang baru.
Dari kuliner, beralih ke bisnis fashion hijabers. Mereka menjadi sub reseller salah satu reseller besar dari Solo.
Mereka sempat kesulitan mendapatkan stok barang karena harus berebut dengan reseller lain baik online maupun secara offline ketika mendatangi butik merek dagang.
Tapi berkat perjuangan itu, mereka menjadi tahu celah bagaimana caranya agar bisa mendapatkan barang dengan mudah.
"Berburu koleksi bagus harus butuh trik. Kami minta kontak SPG di sana, tiap ada restock barang kami langsung meluncur ke butik untuk berebut dengan reseller lain. Jika bertepatan dengan hari kerja biasanya istri ke butik duluan, saya jemput selepas jam kantor," jelasnya.
Akhir pekan mereka habiskan untuk mengurus bisnis dari belanja, foto produk hingga mengunggahnya di fanpage Facebook.
Akhirnya mereka berhasil menjangkau pasar ke seluruh Indonesia hingga Hongkong dan Taiwan. Dari sana mereka mulai merasakan keseruan kombinasi bisnis online dan offline.
"Online kami berjualan via Fanpage Facebook, di mana tiap upload adalah masa yang ditunggu-tunggu reseller kami. Serunya saya upload semua produk tapi fanpage dikunci. Pas jam 19:00 Minggu malam saya open, mereka berebut komen "booked" atau malah disingkat "b" yang menandakan mereka adalah pemenang yang berhak membeli barang tersebut. Istri biasanya deg-degan tiap mau upload produk," tuturnya.
Tak jarang ada customer yang hit and run, tapi biasanya mereka tawarkan ke pem-booking berikutnya yang ada di list comment.
Sementara untuk pemasaran offline, mereka mengikuti bazar di perumahan dan di perkantoran. Toto dan istrinya kembali mendapat pengalaman dari berjualan secara offline.
Mereka benar-benar merasakan perbedaan berjualan online dan offline.
Dari jualan secara offline, mereka bisa berhadapan langsung dengan customer dan merasa lebih maksimal belajar serta mengembangkan bisnis.
"Tanpa karyawan hanya saya dan istri kami pindah dari bazar ke bazar dari pagi hingga malam kami jalani dengan bahagia. Godaan saat jaga bazar adalah banyak jajan jadi keuntungan berjualan bisa impas dengan jajan dan sewa lokasi. Kami lebih mengejar ke eksistensi untuk membangun kepercayaan customer setia kami, yang biasanya beli online bisa bertatap muka di bazar," jelasnya lagi.
Saat trend hijab pashmina mulai turun, mereka mulai melirik gamis syar'i meski tak semaksimal saat jadi reseller produk sebelumnya tetapi cukup laris di pasaran.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.