Jadi Pengganti Daging, Makanan Olahan Nabati Harus Lebih Sehat dan Enak
Produksi daging, merupakan pendorong utama kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Tapi tak mudah buat orang beralih mengonsumsi produk nabati.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Sebagian besar orang mungkin tidak dapat membayangkan jika menu diet mereka tidak menyertakan banyak daging dan hanya melihat sayuran sebagai lauk pauknya.
Namun Anda harus mengetahui bahwa produksi daging, terutama daging sapi, merupakan pendorong utama kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Dikutip dari laman Sustainability Times, Jumat (18/6/2021), untuk memelihara hewan ternak, anda tentunya membutuhkan padang rumput yang luas dan ini kerap mengorbankan hutan.
Sementara itu, emisi metana sapi melalui sendawa dan perut kembungnya berkontribusi pada efek rumah kaca global.
Walaupun beberapa perubahan dalam pola makan ternak dapat membantu mengurangi emisi metana ini.
Menariknya, untuk membuat orang beralih dari produk hewani ke produk nabati, tim ilmuwan dan produsen makanan saat ini sedang mencari cara untuk membuat protein nabati tidak hanya lebih bergizi namun juga lebih lezat.
Baca juga: Kurangi Konsumsi Hewani Jadi Peluang Mitigasi Perubahan Iklim, Dorong Asupan Makanan Nabati!
Seorang ilmuwan makanan di University of Massachusetts, Prof. David Julian McClements mengatakan bahwa dari sudut pandang nutrisi, pola makan nabati tidak selalu lebih baik dari pola makan omnivora.
Produsen makanan saat ini harus bisa menciptakan produk nabati yang lebih sehat dan enak demi kelestarian lingkungan serta alasan etis terkait kepedulian terhadap kesejahteraan ternak.
Karena semakin banyak orang beralih ke pola makan nabati yang dominan, industri makanan pun akan berusaha untuk memenuhi permintaan yang meningkat ini melalui produk nabati baru.
Baca juga: Plant Based Steak Jadi Tren, Restoran Ini Kini Punya Menu Vegan Loh
Mereka pun terpaksa harus mengganti daging, telur, susu, keju dan yogurt dengan apapun yang berasal dari nabati.
Namun, sering kali hal itu 'lebih mudah diucapkan' dibandingkan dilakukan, karena cukup sulit untuk meniru tekstur, rasa, dan nilai gizi jika produk berasal dari tumbuhan.
McClements dan rekan penulisnya, Lutz Grossmann mengatakan bahwa perlu ada yang 'diperkaya' untuk membuat produk nabati tidak kalah saing dengan produk hewani.
"Agar produk nabati dapat bersaing dengan protein hewani, mereka perlu diperkaya dengan zat gizi mikro yang secara alami ada dalam daging hewan, susu dan telur, termasuk vitamin D, kalsium dan seng. Mereka juga harus dapat dicerna dan menyediakan asam amino esensial yang lengkap," tegas McClements.