Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Surat Al Bayyinah Ayat 1-8: Bacaan Arab dan Latin, Terjemahan Bahasa Indonesia, dan Tafsir Singkat

Berikut ini bacaan surat Al Bayyinah ayat 1-8, bacaan Arab dan latin, terjemahan bahasa Indonesia, dan tafsir singkat.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Surat Al Bayyinah Ayat 1-8: Bacaan Arab dan Latin, Terjemahan Bahasa Indonesia, dan Tafsir Singkat
TRIBUNNEWS/Jeprima
Berikut ini bacaan surat Al Bayyinah ayat 1-8 dalam Arab dan latin, terjemahan bahasa Indonesia, dan tafsir singkat. 

2. Bukti yang nyata itu adalah Nabi Muhammad, seorang rasul dari Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran yang suci.

Itulah Al-Quran yang disucikan dari kebohongan dan kebatilan.

Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan maksud dari bukti itu adalah hati pribadi Nabi SAW yang membacakan halaman-halaman Al-Qur'an kepada orang kafir.

Al-Qur'an adalah kitab yang bersih dari campur tangan manusia, dari segala macam kesalahan, dan dari penambahan.

Al-Qur'an adalah bukti yang memancarkan kebenaran.

3. Lembaran-lembaran suci itu di dalamnya terdapat kitab-kitab sebagai hukum-hukum tertulis.

Al-Qur’an berisi akidah, hukum, kisah, dan aturan yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar dan lurus.

Baca juga: Surat Al Insyirah Ayat 1-8 dalam Tulisan Arab dan Latin, Dilengkapi Maknanya

Berita Rekomendasi

4. Wahai Nabi, ketahuilah bahwa Ahli Kitab dahulu sepakat mengimani dirimu sebagai rasul terakhir sebagaimana informasi yang mereka dapati dalam kitab-kitab mereka.

Tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab itu melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata, yaitu kedatangan­mu atau Al-Qur’an yang kaubawa.

Sebagian dari mereka telah beriman kepadamu dan sebagian yang lain mengingkarimu.

Keadaan orang-orang kafir Yahudi, Nasrani, dan musyrikin sesudah Nabi SAW datang berlainan dengan keadaan mereka sebelumnya.

Sebelum Nabi SAW datang, mereka dalam keadaan kufur, terbenam dalam kejahilan dan hawa nafsu.

Namun, setelah Nabi SAW datang, segolongan dari mereka beriman.

Golongan yang tidak beriman meragukan kebenaran yang dibawa Nabi SAW.

Perbantahan dan perselisihan hebat terjadi antara orang-orang musyrik dengan orang-orang Nasrani.

Orang Yahudi berkata kepada orang musyrik, "Sesungguhnya Allah akan mengutus Nabi dari kalangan bangsa Arab penduduk Mekah."

Mereka menerangkan sifat-sifat Nabi serta mengancam orang-orang dan mengatakan, bila nabi itu lahir, mereka akan membantunya dengan menyokong semua tindakannya dan bekerja sama untuk menghancurkan orang-orang musyrik.

Dalam keadaan yang demikianlah Nabi Muhammad diutus.

Lalu, orang-orang musyrik memusuhi dan menentang Nabi.

Mereka juga mengajak orang-orang Arab lainnya untuk memusuhi Nabi dan menyakiti pengikut-pengikutnya.

Kemudian, Allah menghibur Nabi-Nya dengan mengatakan, Nabi tidak perlu susah atau gundah karena sikap dan tantangan mereka terhadap dirinya.

Hal itu juga merupakan sikap kaum terdahulu terhadap para Nabi terdahulu sehingga mereka berpecah-belah.

5. Mereka terpecah belah seperti itu, padahal mereka dalam kitab-kitab mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama, yaitu perintah melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus dan benar agama Islam.

Keikhlasan dalam beribadah dengan memurnikan niat demi mencari rida Allah dan menjauhkan diri dari kemusyrikan adalah salah satu syarat diterimanya ibadah.

Allah menegaskanmereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah-Nya.

Perintah yang ditujukan kepada mereka adalah untuk kebaikan dunia dan agama mereka, dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mereka juga diperintahkan mengikhlaskan diri lahir dan batin dalam beribadah kepada Allah dan membersihkan amal perbuatan dari syirik.

Sebagaimana agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari kekufuran kaumnya kepada agama tauhid dengan mengikhlaskan ibadah kepada Allah.

Ikhlas adalah salah satu dari dua syarat diterimanya amal, dan itu merupakan pekerjaan hati.

Sedangkan yang kedua adalah mengikuti sunah Rasulullah.

Mendirikan salat dalam ayat ini maksudnya adalah mengerjakannya terus-menerus setiap waktu dengan memusatkan jiwa kepada kebesaran Allah, serta membiasakan diri tunduk kepada-Nya.

Sedangkan yang dimaksud mengeluarkan zakat yaitu membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Al-Qur'anul Karim.

Keterangan ayat di atas tentang keikhlasan beribadah yaitu menjauhkan diri dari syirik, mendirikan salat, dan mengeluarkan zakat.

Baca juga: Surat Asy Syams Ayat 1-15: Bacaan Arab dan Latin, Terjemahan Bahasa Indonesia dan Tafsir Singkat

6. Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik akan masuk ke neraka Jahanam dengan bermacam siksa pedih di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk keluar, bahkan untuk sekadar sejenak lepas dari siksa.

Mereka adalah sejahat-jahat makhluk.

Allah telah mem-beri mereka peringatan, tetapi mereka enggan mengindahkannya. Dia tidak akan menyiksa seseorang kecuali setelah memberinya peringatan.

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang musyrik telah mengotori jiwanya dengan syirik dan maksiat-maksiat serta mengingkari kebenaran nyata kenabian Muhammad SAW.

Mereka akan disiksa Allah dengan siksaan yang tidak memungkinkan mereka melepaskan diri darinya selamanya, yaitu api neraka yang menyala-nyala.

Siksaan itu sebagai balasan atas perbuatan mereka.

Mereka itu tergolong makhluk yang paling buruk.

7. Sungguh, orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulnya dengan iman yang benar dan mengerjakan kebajikan dengan ikhlas dan sesuai ketetentuan syariat, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

Mereka adalah makhluk yang Allah kehendaki untuk menjadi khalifah di bumi.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan ganjaran bagi orang-orang yang beriman.

Mereka adalah orang yang disinari oleh cahaya petunjuk dan membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi SAW.

Mereka juga mengamalkannya dengan mengorbankan jiwa, harta, dan apa saja yang dimilikinya pada jalan Allah, serta bertingkah laku baik dengan seluruh hamba Allah.

Mereka itu tergolong makhluk yang paling baik.

8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya bersama segala kenikmatan di dalamnya.

Selain itu, mereka mendapat nikmat yang lebih besar.

Allah rida terhadap mereka atas keimanan dan amal saleh mereka dan mereka pun rida kepada-Nya atas kemuliaan yang Allah anugerahkan kepada mereka.

Semua itu adalah balasan yang agung bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Ketakutannya pada siksaan Allah mendorongnya untuk menjauhkan diri dari larangan Allah, termasuk kemusyrikan dan kekafiran.

Kemudian dalam ayat ini, Allah menerangkan mereka akan menerima surga 'Adn yang di dalamnya terdapat bermacam-macam kesenangan dan kelezatan, lebih lengkap dan sempurna dari kesenangan dan kelezatan dunia, dan di bawahnya mengalir sungai-sungai.

Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

Mereka berhak menerima balasan tersebut karena mereka berada dalam keridaan Allah dan tetap dalam ketentuan-ketentuan-Nya.

Kemudian, mereka mendapat pujian dan mencapai apa yang mereka inginkan dari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, serta diridai Allah sehingga mereka pun rida kepada-Nya.

Ganjaran-ganjaran yang merupakan kebahagiaan dunia dan akhirat hanya diperoleh orang-orang yang jiwanya penuh dengan takwa kepada Allah.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Al Quran

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas