Apa Beda Kondisi Hiperaktif dan Sugar Rush Pada Anak? Pentingnya Atur Asupan Gula Harian Si Kecil
hiperaktif itu lebih ke masalah hormonal. Sementara kalau jadi aktif karena gula itu namanya sugar rush.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Ada anggapan yang menyebut anak menjadi hiperaktif karena terlalu banyak konsumsi gula.
Benarkah anggapan itu?
Apa pengaruhnya asupan gula pada perilaku anak?
Spesialis Gizi Klinik, dr. Putri Sakti, M.Gizi, Sp.GK, AIFOK menjelaskan, ada perbedaan penyebab kondisi hiperaktif pada anak dan kondisi 'sugar rush'.
Baca juga: Bagaimana Mengarahkan Anak Hiperaktif untuk Tenang Saat Belajar? Psikolog Ini Beri Solusi
“Agak beda ya, karena hiperaktif itu lebih ke masalah hormonal. Sementara kalau jadi aktif karena gula itu namanya sugar rush, peningkatan gula drastis. Tapi nggak ngaruh ke hiperaktif,” ucap dr Putri dalam webinar Peluncuran Milo Less Sugar akhir pekan kemarin dilansir Kompas.com.
Menurut dr. Putri, sugar rush, istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang menjadi terlalu aktif dan tidak bisa diam setelah mengonsumsi gula, memang umum terjadi.
Kendati demikian, efek aktif yang terjadi hanya berlangsung sebentar saja dan anak-anak pun tidak menunjukkan gejala hiperaktif hanya karena makan makanan manis seperti kue, donat, es krim, permen, atau minuman manis.
Baca juga: Gangguan pada Sistem Pencernaan dan Upaya untuk Mencegah atau Menanggulanginya
Lantas, dari mana anggapan konsumsi gula ini bisa dikaitkan dengan hiperaktif?
dr Putri mengatakan, memang benar ketika mendapatkan asupan gula, tubuh anak akan memperoleh energi.
Hal inilah yang membuat anak tampak lebih bersemangat dan tidak bisa diam.
“Mungkin sugesti orang tua saja ya karena melihat anaknya jadi bergerak lebih aktif. Tapi kalau ada hubungannya dengan hiperaktif, nggak ada,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan pentingnya orangtua mengatur asupan gula dan gizi anak sejak dini sesuai dengan kebutuhannya.
Baca juga: Energi yang Dibutuhkan Tubuh Manusia serta Total Asupan Kalori yang Direkomendasikan agar Sehat
"Karena pola makan yang tidak seimbang serta mengonsumsi gula secara berlebihan akan berdampak pada masa depan anak. Selain gula dan gizi, orang tua juga harus memperhatikan aktivitas fisik anak agar tetap seimbang, mengingat saat ini pembatasan kegiatan di luar rumah menjadi tantangan yang dihadapi selama pandemi,” kata dia dalam webinar tersebut.
Webinar juga menghadirkan Business Executive Officer Beverages Business Unit PT Nestlé Indonesia, Mirna Tri Handayani.
Dia menjelaskan, terkait pentingnya pengaturan asupan gula bagi si kecil, pihaknya kini meluncurkan minuman cokelat dengan 0 gram Sukrosa atau tanpa penambahan gula pasir.
"Langkah ini juga sejalan dengan program global Nestlé Dukung Anak Lebih Sehat untuk membantu 50 juta anak hidup lebih sehat pada 2030. Peluncuran ini merupakan wujud nyata tujuan kami untuk menggunakan potensi makanan untuk meningkatkan kualitas hidup setiap individu, saat ini dan untuk generasi mendatang. Kami berharap MILO Less Sugar dapat menghadirkan pilihan untuk membantu orang tua dalam mengatur konsumsi gula harian anak,” kata Mirna.
Adapun Corporate Nutritionist Nestlé Indonesia, Eka Herdiana menambahkan, peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengenai Pedoman Gizi Seimbang menyebutkan bahwa anak usia 7-12 tahun disarankan mengonsumsi gula tambahan sebanyak 2 porsi (20 gr/ 2-3 sdm) per hari.
"Untuk itu, penting bagi para orang tua agar meningkatkan kesadaran dan mulai memperhatikan informasi gizi yang tertera pada produk terutama kandungan gula sebelum membeli," kata dia. (*/)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Gula Menyebabkan Anak Menjadi Hiperaktif?"