Kreasi Siswi SMK di Kudus yang Usung Tradisi Luwur Menyita Perhatian
Bernaung dalam brand fashion, Zelmira, ide-ide kreatif para siswi itu mengusung tradisi ‘Luwur’ sebagai tema dalam eksibisi kali ini
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Eko Sutriyanto
Seperti temanya, koleksi ini bertujuan menerjemahkan keindahan Pulau Sumba melalui rancangan pakaian.
“Zelmira selalu berusaha mengusung konsep mengangkat keindahan alam, adat istiadat dan juga tradisi di Indonesia sebagai sebuah tema yang kami tuangkan dalam desain koleksi-koleksi kami,” cetus Najla.
Apresiasi terhadap koleksi terbaru Zelmira datang dari desainer kenamaan Phillip Iswardono yang juga turut hadir dalam gelaran Jogja Fashion Week 2021. Di mata Philiip, kreasi para siswi SMK NU Banat Kudus tersebut merupakan sinyal positif bahwa karya-karya anak SMK tidak dapat dipandang sebelah mata.
“Saya cukup terkejut melihat bahwa karya-karya yang ditampilkan ini merupakan hasil karya anak SMK. Hal ini menunjukkan bahwa metode pendidikan di sekolah tersebut sangat bagus sehingga bisa mendorong para anak didik menghasilkan karya yang dari sisi kualitas tidak kalah dibandingkan para profesional,” tutur Phillip seusai eksibisi.
Baca juga: Terlanjur Beli Fast Fashion, Dian Sastrowardoyo Usahakan Tak Jadi Sampah, Ini yang Dilakukannya
Lebih lanjut, Phillip menjelaskan bahwa koleksi terbaru Zelmira ini sukses memadukan unsur tradisi dengan konsep ready to wear yang sejatinya bukan pekerjaan mudah.
Pasalnya, tradisi memiliki pakem tertentu yang harus diikuti sedangkan konsep ready to wear justru mengadopsi prinsip menyederhakan banyak aspek sehingga busana dapat dibuat dalam kondisi siap pakai.
“Memadukan unsur etnik dan tradisi dengan konsep ready to wear ini mudah tapi sulit. Mudahnya, kita punya banyak referensi seperti yang dilakukan Zelmira dengan mengeksplorasi tradisi Kudus. Sulitnya adalah mengubah hal tersebut menjadi berselera global, ini yang ditampilkan Zelmira dalam eksibisi JFW 2021,” Phillip menerangkan.
Ia berharap, ke depannya para siswi SMK NU Banat Kudus dapat terus mengekplorasi kemampuan dan bakat sehingga kelak mampu menghasilkan karya-karya yang mendunia.
Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Galuh Paskamagma menuturkan kreasi-kreasi yang lahir dari para siswi SMK NU Banat ini merupakan hasil dari metode project based learning atau pembelajaran berbasis proyek yang diadopsi pihak sekolah kepada para siswinya.
Dengan metode ini, para siswa di SMK mampu menghasilkan sebuah produk berkualitas melalui pembelajaran di sekolah yang sudah setara dengan industri. Mereka tidak hanya bisa menghasilkan produk yang berkualitas tetapi harus bisa menghasilkan produk yang bisa dan mampu bersaing di pasar.
“Untuk bisa mencapai sebuah produk yang berkualitas para siswa tidak bisa hanya dengan bekal hard skills saja, mereka juga harus memiliki keterampilan lunak (soft skills) yang tinggi. Proses pembuatan koleksi selalu melibatkan banyak siswa dengan keahlihan yang beragam dan memiliki tenggat waktu yang ketat sehingga para siswa harus bisa berkomunikasi dan berkolaborasi supaya bisa menghasilkan produk yang berkualitas. Selain itu untuk membuat sebuah koleksi baru juga dibutuhkan cara berpikir yang kreatif agar bisa memberikan warna baru pada setiap koleksi,” tutur Galuh.
SMK NU Banat merupakan salah satu sekolah yang dibina oleh Djarum Foundation sejak tahun 2013 melalui program pengembangan kualitas pendidikan sekolah menengah kejuruan. (*/)