Orang Terdekat Alami Kekerasan Seksual, Perlukah Balas Dendam pada Pelaku? Ini Kata Psikolog
Pernahkah terbayangkan orang terdekat mengalami kekerasan atau pelecehan seksual. Tentu bikin geram. Bahkan ada yang ingin balas dendam. Perlukah ini?
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pernahkah terbayangkan orang terdekat mengalami kekerasan atau pelecehan seksual.
Hal keji itu tak hanya meninggalkan trauma bagi korban, tapi juga pada orang terdekat korban seperti kerabat, sahabat, atau bahkan keluarga.
Dosen Fakultas Psikologi (FPSi) Universitas Airlangga (UNAIR) Margaretha Rehulina, S.Psi., G.Dip.Psych., M.Sc., mengatakan, pada beberapa orang, mungkin bisa terjadi keinginan membalas dendam dan marah.
Baca juga: KPAI: 55 Persen Kasus Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan Selama 2021 Dilakukan Guru
Baca juga: Sopir Taksi Online GJ Bantah Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Penumpangnya NT
“Karena ketika kita marah, kehilangan, benci sebenarnya yang ingin dikejar adalah pemuasan kemarahan diri. Jadi ingin memuaskan kebutuhan diri untuk membalas dendam. Ini bukan yang terbaik untuk korban karena sebenarnya kita sedang melayani emosi pribadi,” jelas Retha seperti dikutip dari laman Unair.
Retha menjelaskan, marah dan rasa ingin balas dendam adalah sangat mungkin terjadi.
Apalagi, jika pelaku kejahatan seksual adalah orang yang dikenal korban.
Seperti guru, keluarga, bahkan orang tua sendiri.
Hal itu, yang membuat korban maupun keluarga korban menjadi lebih terpukul.
“Kerusakannya lebih parah karena yang dijarah bukan hanya tubuh, tetapi juga kepercayaan,” kata dia.
Meski begitu Retha mengingatkan, yang perlu dipahami adalah posisi korban kejahatan seksual saat ini sedang membutuhkan dukungan keluarga atau orang-orang terdekat
Mengakses Bantuan Hukum
Dosen yang kini tengah belajar di University of Melbourne itu sangat menyarankan, agar pihak keluarga atau orang terdekat mengakses bantuan hukum jika kejahatan seksual telah terjadi.
“Keluarga bisa membantu polisi agar bisa melakukan penyelidikan lebih cepat. Sehingga pelaku atau tersangka dapat segera dihentikan agar tidak melakukan pengulangan kejahatan,” ujarnya.
Dukungan dan bantuan dari lingkungan terdekat adalah hal utama yang dibutuhkan oleh korban.
Jika korban kejahatan seksual adalah anak-anak, sangat diharapkan bukan hanya keluarga, tetapi juga sekolah turut memberikan dukungan.
Meski demikian, sejauh ini yang terjadi di Indonesia masih jauh dari harapan. Korban kejahatan seksual dianggap harus mengundurkan diri dari sekolahnya.
“Misalkan sampai terjadi kehamilan, itu yang terjadi adalah anak diminta mengundurkan diri dari sekolah. Ini kita tambah melukai korban dan membuat korban bertambah traumanya. Karena dia bukan hanya trauma diperkosa, tetapi juga trauma diambil haknya dari pendidikan,” kata dia.